puasa saya anggap sebagai hal yang memberatkan karena sulit menahan lapar dan haus.
Waktu masih anak-anak,Begitu azan Magrib, saya tanpa berpikir panjang melahap menu berbuka karena sudah tidak tahan lagi.
Ditambah dengan keutamaan menyegerakan berbuka, saat itu cepat-cepat berbuka sangat menyenangkan.
Pikir saya waktu itu, Idulfitri adalah saat yang paling dinanti, mengapa? Sudah bebas untuk makan dan minum lagi.
Ada uang hari raya dari sanak famili yang paling saya tunggu juga, selain bisa makan dan minum lagi.
Jika dipikir-pikir, memang terkesan menyenangkan begitu sampai lebaran di masa laluku.
Lalu, seiring beranjak dewasa, lapar dan haus sudah menjadi hal yang biasa karena semakin sering berpuasa.
Azan Magrib tetap menjadi hal yang ditunggu-tunggu, tetapi tidak berlebihan seperti saat masih kecil.
Menu berbuka dari yang bermacam-macam, kini menjadi sederhana saja, hanya air, kurma, atau kadang roti kecil-kecilan.
Begitu masa Ramadan mencapai pertengahan atau akhir, saya justru jadi sedih begitu bulan puasa akan berakhir.
Hari raya menjadi tidak terlalu semarak begitu tahu Ramadan sudah pergi, sekalipun masih menerima uang hari raya.