Dulu sekali, aku kenal kamu sebagai orang yang selalu bisa berbagi kebahagiaan, termasuk untuk aku.
Bukan hanya paras, tapi sikap hangatmu membuatku saat itu tidak pernah bisa untuk lepas dari pandanganmu.
Dalam dada dan kepala ini, tertulis semua tentang dirimu dan sampai aku bingung ditaruh di relung sebelah mana saking penuhnya.
Sampai pada akhirnya, aku mulai benar-benar luluh dengan kehangatan dan juga baiknya dirimu kala itu.
Kehangatan, keramahan, dan kebaikanmu adalah ciri khasmu yang membuatku mudah untuk mengenali dan menambatkan hati ini padamu.
Bukan hanya ramah, kamu selalu menyapa juga menyemangati satu sama lain dan memberikan renungan hidup.
Kamu juga rutin berbagi kabar padaku seperti bagaimana pun hari-harimu dan aku selalu mendoakan kebaikan jalanmu.
Entah mengapa, belakangan ini kamu terlihat seperti ingin menjaga jarak dariku, lamban laun semakin menjauh.
Sapaan ramah, deep talk, dan kebiasaanmu berbagi kabar pun mulai meluntur seperti cat reklame yang memudar dimakan panas dan hujan setiap waktunya.
Bahkan, sekadar ucapan "Selamat pagi" saja mulai tidak terlalu sering kudengar darimu lagi belakangan ini.
Pernah seharian, kamu tidak pernah ada kabar hingga aku sempat berpikir jika dirimu sudah melupakanku dan semua tentang kita.