turis Bali yang berulah, tidak ada berhentinya ada sensasi yang lahir dari turis mancanegara ini.
Berbicara soal ramainyaAda warga negara asing yang datang ke Indonesia menggunakan visa wisata, tetapi tahu-tahu membuka usaha, sangat merugikan lapangan kerja masyarakat lokal.
Kita masih ingat tentang bule yang resah dengan suara ayam berkokok, padahal masih ayam, belum suara tetangga memotong kayu atau keramik, belum lagi sound system lagu dangdut koplo atau latto-latto.
Bahkan, ada yang membuat saya tidak berhenti tertawa, yaitu ulah bule mengendarai sepeda motor dengan cara aneh.
Maklum, mereka lebih sering menggunakan kendaraan umum sehingga mereka 'katrok' dengan produk otomotif ini.
Ada pepatah yang bilang tamu adalah raja yang harus dilayani, tetapi tuan rumah adalah dewa yang punya kuasa lebih dari raja.
Wajar jika pemerintah daerah setempat akan mencabut visa bagi wisatawan asing yang meresahkan ini daripada semakin tidak karuan.
Kalau pun boleh berwisata, mereka tidak boleh lagi menyewa motor, tetapi harus ikut mobil wisata yang dikendarai warga lokal.
Sangat logis jika aturan semakin galak dan terkesan aneh karena diberi hati malah semakin tidak karuan.
Namun, tidak semua turis berkelakuan sama barbarnya seperti di Bali, jauh sekali bedanya dengan turis yang datang ke Kota Malang.
Sebagai kota yang mulai menjelma menjadi destinasi wisata, turis di Malang cenderung manis dan sopan.