Izinkan saya bercerita terlebih dahulu soal pengalaman bekerja saya di salah satu portal media online yang teramat singkat ini.
Sejak 2020, saya mulai tergila-gila dengan dunia tulis, berawal dari penerbitan novel saya di penerbit independen.
Begitu mulai jenuh dengan membuat novel yang tidak kunjung jadi, akhirnya saya tertarik menulis keluh kesah saya terhadap sesuatu.
Bermula dari salah satu portal media terkenal di Jogja, saya menulis beberapa artikel tentang opini, kemudian buntu setelah hanya mendapat 3 artikel.
Ajaibnya, modal 3 artikel sebagai pengalaman membuat konten itu, saya diterima di salah satu portal media di kota domisili saya.
Di sana, saya diarahkan untuk membuat artikel, idealnya sebanyak 10 artikel dengan topik yang sudah ditentukan.
Tekanan demi tekanan muncul, begitu saya sudah siap 10 artikel dengan estimasi waktucukup untuk istirahat, tiba-tiba disuruh untuk menambah artikel lagi.
Padahal, untuk menulis artikel yang sudah disiapkan idenya saja sudah keteteran, apalagi ambil topik lagi.
Kurang lebih sebulan kemudan, saya memutuskan untuk berhenti, saya sudah kehabisan energi untuk menurutinya.
Selama ini, saya mengira kalau kreator konten di portal media online seperti jurnalis, contohnya Kompas.com.
Siapa bilang enak?
Kadang, anggapan menjadi content creator itu enak ada benarnya, tapi enggak selamanya anggapan itu bisa dipakai.