Ada anggapan bahwa seorang siswa dikatakan cerdas apabila memiliki nilai matematika yang memukau.
Banyak yang belajar mati-matian demi nilai yang sempurna dan akan selalu melobi jika nilainya tidak sesuai dengan harapannya.
Waktu sistem ranking masih ada, banyak yang mengejar ranking pertama dengan belajar sungguh-sungguh.
Alasannya, biasanya kalau bukan bisa ikut cerdas cermat antar kelas saat class meeting juga ada kebanggaan tersendiri yang bisa dipersembahkan.
Nilai UN yang tinggi (waktu masih digunakan sebagai indikator kelulusan) juga menimbulkan rasa kebanggaan tersendiri selain mendapatkan penghargaan.
Di dunia perkuliahan, istilah 'mahasiswa ambisius' disematkan pada mahasiswa yang terlalu fokus untuk belajar demi nilai yang sempurna.
Nilai yang sempurna inilah yang bisa mendongkrak IPK, bahkan tidak ragu untuk komplain jika ada nilai yang kurang sesuai.
Tidak jarang, banyak kasus kecurangan dalam ujian, seperti mencontek atau menggunakan joki dalam berbagai tes.
Bukan bermaksud mewajarkan, melainkan logis saja apabila tumbuh suburnya budaya curang yang mengakar ini.
Mengapa? Karena sistem pendidikan Indonesia masih mengutamakan hasil alih-alih proses yang berjalan.