Mohon tunggu...
Moh Dawud
Moh Dawud Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Seorang mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dan sedang tertarik dengan ilmu terkait teknologi dan psikologi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengapa Banyak Lulusan IT Gagal Memenuhi Standar Indutri?

5 September 2023   19:30 Diperbarui: 22 November 2023   22:32 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika berbicara tentang industri Teknologi Informasi (TI) yang berkembang pesat, programmer adalah salah satu elemen kunci yang mendorong perkembangan ini. Insinyur perangkat lunak memiliki posisi penting dalam perusahaan teknologi dan kontribusi mereka sangat penting dalam pengembangan solusi perangkat lunak yang memiliki dampak besar pada hampir setiap aspek kehidupan kita. Namun, meskipun jumlah lulusan komputer dan teknologi semakin meningkat, banyak di antara mereka yang mengalami kesulitan memenuhi standar industri. Artikel ini akan membahas mengapa banyak lulusan programmer gagal memenuhi standar industri dan apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini.

Jurang Kualifikasi dalam Dunia Industri Teknologi

Pertama-tama, penting untuk memahami bahwa dunia industri teknologi menetapkan standar yang tinggi. Perusahaan-perusahaan teknologi memerlukan programmer yang tidak hanya memiliki pengetahuan teknis yang kuat, tetapi juga kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat, berkolaborasi dalam tim, dan mengatasi masalah dengan efektif. Kualifikasi ini sering melebihi apa yang diajarkan dalam banyak program pendidikan teknologi.

Kurikulum yang Tidak Sinkron dengan Kebutuhan Industri


Salah satu alasan utama mengapa banyak lulusan programmer gagal memenuhi standar industri adalah ketidakcocokan antara kurikulum perguruan tinggi dan kebutuhan dunia nyata. Banyak program pendidikan teknologi masih berfokus pada teori dasar dan konsep akademis, sementara industri TI membutuhkan keterampilan praktis yang lebih tinggi.

Ketika lulusan memasuki dunia kerja, mereka sering merasa kewalahan karena kurangnya persiapan praktis yang diberikan oleh perguruan tinggi. Mereka mungkin memahami teori pemrograman, tetapi mereka mungkin belum pernah bekerja pada proyek nyata atau menghadapi tantangan sehari-hari dalam pengembangan perangkat lunak.

Kesenjangan Keterampilan


Selain kurangnya persiapan praktis, ada kesenjangan dalam keterampilan yang dibutuhkan oleh industri teknologi. Banyak lulusan programmer memiliki pengetahuan dasar dalam beberapa bahasa pemrograman, tetapi mereka mungkin tidak memiliki pemahaman mendalam tentang bahasa pemrograman tertentu yang banyak digunakan dalam industri, seperti Python, Java, atau JavaScript.

Selain itu, keterampilan seperti manajemen proyek, kerja tim, dan komunikasi efektif seringkali diabaikan dalam pendidikan teknologi. Padahal, keterampilan ini sama pentingnya dengan keterampilan teknis untuk sukses dalam industri.

Ketidaksiapan untuk Perubahan Cepat


Dunia teknologi terus berubah dengan cepat. Bahasa pemrograman baru muncul, kerangka kerja berubah, dan tren teknologi berkembang dengan cepat. Lulusan yang tidak siap untuk belajar dan beradaptasi dengan perubahan ini akan kesulitan untuk tetap relevan dalam industri.

Ketika lulusan baru memasuki dunia kerja, mereka sering merasa terkejut dengan cepatnya perubahan teknologi dan tuntutan yang berkembang. Mereka mungkin telah mempelajari teknologi tertentu di perguruan tinggi, tetapi teknologi tersebut bisa saja menjadi usang dalam beberapa tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun