Mohon tunggu...
Moh Daud Rafiqi
Moh Daud Rafiqi Mohon Tunggu... Guru - Dibaca saja, siapa tau bermanfaat

terbentur terbentur maka terbentuk

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Benarkah Pendidikan Menatar Dehumanisasi Era Covid-19?

9 Mei 2020   08:44 Diperbarui: 9 Mei 2020   08:35 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir-akhir ini tak sedikit para peserta didik membagul beban disaat berproses dalam mengenyam pendidikannya, baik itu di tingkat menengah pertama, atas, bahkan di bangku perkuliahan sekalipun. Hal ini dirasakan sendiri oleh si penulis selaku masih mengenyam pendidikan di suatu perguruan tinggi di Malang.

Awalnya sistem  pembelajaran dilaksanakan secara tatap muka langsung dengan guru atau dosen, kini semenjak pandemi covid-19 sistem pembelajaran berganti menjadi sistem daring. Mengapa demikian? Guna menghindari atau memutuskan rantai virus tersebut, kira-kira seperti itu sederhananya. Namun hal ini tidak terlalu dipermasalahkan, karena juga untuk keselamatan ummat manusia. Di sini peserta didik yang merantau juga memanfaatkan moment pandemi untuk pulang kampung dan bisa berkumpul dengan keluarga, toh sistem pembelaran dilaksanakan dengan daring.

Hemat penulis, ketika dilaksanakannya pembelajaran daring ini yang tujuannya tetap sama dengan tatap muka langsung di kelas yakni sebagai pengajar yang harusnya mengajari atau menyampaikan materinya kepada peserta didik yang di lanjutkan dengan diskusi atau membantu peserta didik untuk berkembang menjadi manusia yang potensial secara intelektual melaui transfer of knowledge, justru sebagian besar pengajar memanfaatkan kondisi ini dengan memberikan banyak tugas, bahkan tugas yang diberikan pun tanpa ada penjelasan atau stimulus terlebih dahulu dari pendidik kepada terdidik, dengan demikian banyak dari mereka yang kebingungan bahkan stress untuk menyelesaikan tugasnya.

Jadi dalam pembelajaran ini mereka hanya mendapatkan wawasan banyak tugas, bukan wawasan pengetahuan yang seharusnya didiskusikan bersama hingga melahirkan sikap kritis dari peran dialogis yang dibangun antara pengajar dengan yang diajar. Apakah ini pendidikan dehumanisasi?

Bisa jadi, yang jadi pertanyaan sebenarnya disini pengajar faham apa tidak dengan pembelajaran daring, atau faham tapi naif?  Sehingga peserta didik yang merasa dirugikan.

Disini penulis sedikit memberikan paradigma kepada seluruh pengajar baik itu guru ataupun dosen. Ketika sistem pembelajaran kita berganti hingga saat ini, banyak sekali problem-problem yang harus kita hadapi untuk mengikuti pembelajaran dengan aktif, kondusif dan efektif. Namun hal itu tidak mudah untuk mewujudkannya, di sini kita memerlukan biaya lagi untuk membeli paket internet, atau bayar wifi, dan lantas bagaimana nasib mereka yang tinggal di daerah pedalaman atau desa yang jauh dari perkotaan dan sangat sulit untuk menjangkau akses internet, apakah pengajar tidak menyadarkan hal itu? Kalau berkaca pada kaum borjuis saja permasalahan tersebut tentu tidak dipertimbangkan.

Kalau kata Paulo Freire seorang teoritikus pendidikan yang berpengaruh di dunia  dari Brazil, macam sistem pendidikan seperti itu merupakan pendidikan yang menindas, dimana seorang pengajar bertindak layaknya penindas dan peserta didikpun menyadarinya kalau mereka ditindas. Karena model pendidikan yang digunakan ialah antidialogis, model ini pasti ditandai dengan usaha menguasai manusia itu, melihat situasi saat ini dalam pandemi covid-19 dengan sistem pembelajaran daring, beberapa indikasi yang mengacu pada kriteria penindasan atau menatar dehumanisasi yakni, pengajar tidak memperhatikan peserta didiknya, baik itu keluhan dari banyaknya tugas tanpa ada pertimbangan, tambahan biaya pendidikan yang dipergunakan untuk pembelajaran daring (paket data atau wifi). Artinya model atau sistem pembelaran yang di terapkan jauh dari sifat kooperatif.

Solutif penulis kepada pengajar baik itu guru ataupun dosen, seyogyanya dengan sistem pembelajaran daring saat ini untuk lebih kreatif dalam menerapakan sistem pembelajaran daring, mengutamakan sifat dialogis dari kedua peran, memperhatikan peserta didiknya jika mengalami kesulitan, baik itu dari aspek ekonomi dan sosial, dan pembelajaran juga tidak monoton pada akademik atau pada aspek penguasaan kognitif saja. Utamakan juga pendidikan yang berfaedah seperti memahami pandemi covid-19 dari sisi pencegahannya, bahayanya, mengobatinya dll.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun