Mohon tunggu...
Moh Daud Rafiqi
Moh Daud Rafiqi Mohon Tunggu... Guru - Dibaca saja, siapa tau bermanfaat

terbentur terbentur maka terbentuk

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Trauma Terhadap Genosida

8 Mei 2019   13:21 Diperbarui: 8 Mei 2019   14:07 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pada tahun 2001 di Sampit, Kalimantan Tengah terjadi peperangan antara etnis Madura dan etnis Dayak. Kejadian berlangsung selama 1 minggu, namun permusuhan atau kesenjangan sosial dari kedua belah pihak selama bertahun-tahun, sebab di tahun 2007 etnis Madura masih dilarang masuk atau berdomisili di Sampit (Kalteng).

Karena kejadian tersebut sangat sadis, bisa dibilang kejahatan genosida yang merupakan bentuk pemusnahan ras, ribuan orang meninggal dari suku Madura, dengan korban meninggal yang sangat mengerikan, tidak kalah banyaknya dengan jumlah korban dari suku Dayak.

Dari kejadian tersebut banyak sekali orang-orang mengalami trauma yang sangat dalam, terutama dari keluarga penulis, contohnya paman si penulis yang merupakan korban yang selamat dari tragedi itu ketika melihat darah atau bercerita tentang kejadian masa itu, beliau langsung memejamkan mata dengan raut wajah yang ketakutan.

Oleh karena itu salah satu penyebab terjadinya trauma individu yaitu, pengalaman langsung atau tidak langsung, seperti melihat sendiri, mengalami sendiri (langsung), dan pengalaman orang lain (tidak langsung). Sehingga paman tersebut mengalami trauma psikologis yaitu akibat dari suautu peristiwa yang luar biasa.

Dalam trauma konseling ada cara untuk menangani permasalahan tersebut, dengan cara pendekatan bersifat individual yang dikhususkan untuk korban yang mengalami stress dan depresi berat, dan pendekatan kelompok dikhususkan terhadap klien yang mengalami beban psikologisnya masih pada derajat sedang.

Peran konselor meredakan perasaan-perasaan (cemas, gagal, bodoh, putus asa, malu, atau merasa bersalah) dengan menunjukkan sikap menerima situasi krisis, menciptakan keseimbangan pribadi dan penguasaan diri serta tanggung jawab terhadap konseli dalam artian mampu menyesuaikan diri dengan situasi yang baru (situasi krisis).

 Semoga Bermanfaat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun