Jika diurutkan dari ukuran yang besar ke ukuran yang makin kecil dimulai dari suatu benda atau organ, molekul, atom, quark maka kita sampai pemahaman bahwa quark sebenarnya adalah energi yang bervibrasi dengan frekuensi tertentu. Di dalam energi ada empat gaya fundamental yang menggerakkannya yaitu gaya elektromagnet, gaya gravitasi, gaya nuklir kuat dan gaya nuklir lemah. Dan vibrasi energi dengan frekuensi tertentu yang digerakkan oleh empat gaya fundamental ini kalau kita urai lagi akan ketemu yang namanya medan titik nol (zero point field) yang sebenarnya adalah kekosongan karena materi, energi, ruang dan waktu sudah tidak eksis lagi. Kesadaran murni adalah satu-satunya realitas. Dan dibalik medan titik nol (zero point field) ini ada Satu yang Absolute dan menjadi Sumber segala Realitas yang memancarkan kesadaran murni, menggerakkan fluktuasi di level kuantum, mengendalikan gaya fundamental serta memunculkan alam semesta mulai dari mikrokosmos hingga makrokosmos.
Semua fenomena alam semesta terbentuk dari zat yang sama yang bervibrasi dengan frekuensi berbeda. Perwujudan doa kita dibentuk oleh asumsi self image dan belief system yang kita yakini. Dari kesadaran murni Tuhan kita sebagai manusia datang. Dan kepada kesadaran murni Tuhan kita sebagai manusia kembali. Dalam kesadaran murni Tuhan semua keadaan ada secara subyektif dan dibangunkan ke keberadaan obyektifnya melalui self image yang diasumsikan dan belief system yang diyakini. Tidak ada takdir selain yang diciptakan oleh kesadaran murni Tuhan melalui imajinasi dari self image yang diasumsikan dan belief system yang diyakini. Doa adalah seni mengasumsikan self image dan meyakini belief system yang disangkal oleh indera yang hampir seluruhnya berurusan dengan alam bawah sadar. Doa bukan menarik apa yang kita inginkan namun doa menarik self image yang kita asumsikan dan belief system yang kita yakini.
Kesadaran jiwa terdiri atas alam bawah sadar dan alam sadar. Kesadaran/ide (ilham/hidayah) ditransmisikan Tuhan dari alam sadar pikiran ke alam bawah sadar melalui perasaan. Walaupun tanpa persetujuan alam bawah sadar namun kesadaran pikiran yang ditransmisikan perasaan sangat mempengaruhi perilaku alam bawah sadar. Alam bawah sadar itu seperti medan titik nol (zero quantum field) merupakan bahan baku alam semesta di mana segala sesuatu disadari, di mana segala sesuatu mungkin, ke mana segala sesuatu pergi, dari mana segala sesuatu berasal, yang menjadi milik semua, yang dapat diakses oleh semua orang. Untuk mengubah perwujudan dunia ataupun seseorang, kita harus mengubah konsepsi self image yang kita asumsikan dan belief system yang kita yakini tentangnya. Kita harus percaya dunia atau seseorang tersebut secara mental menjadi seperti self image yang kita asumsikan dan belief system yang kita yakini dan berinteraksi dengannya seperti sudah terwujud.
Kemauan dan kemampuan berdoa adalah hadiahNya. Sepaket dengan doa kita sudah diberikan karunia kekuatan mewujudkannya. Tuhan telah merencanakan dan menyiapkan semua yang kita butuhkan. Hidup defaultnya sudah lengkap, sempurna dan bahagia. Tinggal bagaimana kita menyadari dan menyetujui perwujudan rencana terbaikNya. Doa yang terwujud sejatinya kita telah merencanakan dan menyiapkan semua yang kita butuhkan melalui self image yang kita asumsikan dan belief system yang kita yakini selaras dengan hukum-hukum keseimbangan kehidupan untuk kita sadari dan setujui perwujudannya. Bila doa belum terwujud sejatinya kita tidak merencanakan dan menyiapkan semua yang kita butuhkan melalui self image yang kita asumsikan dan belief system yang kita yakini selaras dengan hukum-hukum keseimbangan kehidupan di alam semesta. Kita juga tidak menyetujui/tidak alignment antara alam sadar dan alam bawah sadar kita atas perwujudannya. Bisa jadi self image dan belief system kita masih mengasumsikan dan meyakini ada yang lebih baik, yang lebih selaras dengan hukum-hukum keseimbangan kehidupan di alam semesta.
Dimulai dengan perubahan perspektif pikiran sadar kita, sadari pikiran bawah sadar kongruen dengan pikiran sadar kita. Perhatikan self image yang kita asumsikan dan belief system yang kita yakini kita tentang diri sendiri, orang lain, dan dunia di sekitar Kita. Tanyakan pada diri kita apakah itu membantu atau menghambat pertumbuhan pribadi kita. Satu-satunya hal yang menghalangi kita untuk membuat self image yang kita asumsikan dan belief system yang kita yakini berhasil adalah kebiasaan kita sebagai makhluk relative yang terikat pada batasan ruang, waktu, materi, energi dan informasi yang menjadi batasan identitas dan pertumbuhan kita. Kita juga sering mati/tidur dalam hidup. Contoh kemiskinan hanyalah mati/tidur dari kekayaan sebagai fitrah alam semesta. Kejahatan hanyalah mati/tidur dari kebaikan sebagai fitrah alam semesta. Kecerdasan juga seringkali jadi batu sandungan di jalan doa sehingga tidak dapat mempercayai apa yang disangkal oleh indera kita karena kecerdasan kita terlalu empiris yang melekat pada identitas dan batasan diri. Imajinasi dari self image yang kita asumsikan dan belief system yang kita yakini adalah awal dari pertumbuhan dan substansi semua perwujudan doa. Dengan berdoa kita sedang membangkitkan potensi kita sehingga apa yang tertidur di kedalaman kesadaran dibangunkan dan dengan imaginasi diberi bentuk untuk terwujud.
Doa bukanlah memohon kepada Tuhan untuk memberi kita sesuatu yang kita pikir tidak akan pernah kita miliki sesuai asumsi self image dan belief system yang kita yakini. Untuk berdoa dengan benar, kita harus hidup seolah-olah kita sudah memiliki yang kita inginkan. Doa tidak akan berhasil jika kita memohon kepada Tuhan di luar diri kita untuk memberi sesuatu yang menurut kita tidak kita miliki sesuai asumsi self image dan belief system yang kita yakini. "...Innallaha la yughayyiru ma bi qoumin hatta yughayyiru ma bi anfusihim..." Tuhan tidak merubah nasib kita bila kita tidak merubah apa yang ada di dalam diri kita atau dengan kata lain doa-doa yang kita panjatkan kepada Tuhan tidak akan merubah nasib diri kita bila kita tidak merubah apa yang ada di dalam diri kita. Apa yang ada di dalam diri kita adalah asumsi self image dan belief system yang kita yakini. (QS 13 : 11)Â
Referensi :Â
Ibn Katsir, Ismail "Tafsir Alquran al-Adziim", Dar Alamiah, 774 Â H : (QS 13 : 11) (QS 28 : 88) (23 : 117) (72 :18) (10 : 106) (40 : 60)
Shaykh Ibn Ata'allah Al-Iskandari (Author), Shaykh Fadhlalla Haeri (Commentary), The Hikam - The Wisdom of Ibn `Ata' Allah, Zahra Publications (November 5, 2018)
Rumi, Jalalu'ddin. The Mathnawi of Jalalu'ddin Rumi, Konya Metropolitan Municipality (January 1, 2004)Â