Mohon tunggu...
MASE
MASE Mohon Tunggu... Lainnya - Mochammad Hamid Aszhar

Manusia pembelajar. Pemimpin bisnis. Membangun kesejahteraan masyarakat melalui pendidikan dan kewirausahaan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Spiritualitas Kurban dan Kepedulian Lingkungan (Bagian 1)

28 Juni 2023   08:18 Diperbarui: 28 Juni 2023   13:05 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Apakah semakin banyak yang kita dapatkan dan semakin banyak keinginan kita raih, semakin kita bahagia? Faktanya semakin banyak yang kita dapatkan belum tentu kita bahagia, semakin banyak keinginan semakin banyak penderitaan. Sadarkah kita ketika keinginan kita terwujud tidak sepenuhnya itu kelebihan namun ada kandungan kekurangannya juga. Selalu sepaket. You win some you lose some. That's life. Ketika kita mendapatkan yang kita inginkan maka sepaket dengan itu kita pasti mengorbankan (qurban) keinginan yang lain. Satu contoh, ketika mendapatkan keinginan punya rumah maka sepaket dengan itu kita pasti mengorbankan (qurban) uang untuk memenuhi keinginan tersebut. Harga yang harus dibayar bisa apapun tidak hanya uang.

Qurban memberi kita pelajaran bahwa hidup ini bukan hanya soal meraih/mendapatkan, namun juga soal melepaskan/pengorbanan. Berhasil meraih/mendapatkan tidak selalu berkah yang membawa kebaikan dan tidak berhasil mendapatkan/melepaskan juga tidak selalu musibah yang membawa keburukan. Karena sebenarnya setiap pertemuan dengan apa atau siapa yang kita dapatkan atau inginkan pasti sepaket dengan itu ada perpisahan atau pelepasan dengan apa atau siapa tersebut. Dia atau sesuatu tersebut yang akan meninggalkan kita atau kita yang akan meninggalkan dia atau sesuatu tersebut. Pada akhirnya kita semua akan mengorbankannya (qurban) untuk dilepaskan. Ini hanya perihal waktu. Menemukan/mendapatkan adalah pintu menuju kehilangan/pengorbanan. Dan sebaliknya kehilangan/pengorbanan adalah pintu untuk pertemuan/mendapatkan. Bahkan seringkali kehilangan/pengorbanan memberi pelajaran hidup yang lebih dalam daripada menemukan/mendapatkan. 

Kehilangan/pengorbanan sering menyadarkan kita bahwa tidak semua ego, keinginan dan hawa nafsu kita untuk memiliki terwujud selamanya demi keseimbangan kehidupan itu sendiri. Suka atau tidak suka alam semesta  ini terus memurnikan diri menuju pada kesejatian dirinya, tidak ingin terjebak dalam pernik-pernik dunia fisik fana yang kita dapatkan dan kumpulkan serta berproses dalam keseimbangan hidup untuk kita lepaskan dan korbankan.

Kita tidak rela melepas atau mengorbankan (qurban) karena kita ada ego, keinginan dan hawa nafsu memiliki. Kita merasa kehilangan karena kita merasa memiliki. Yang perlu kita sadari bahwa kita sejatinya bukanlah pemilik siapapun atau apapun yang kita cintai. Entah itu seseorang, kesempatan, jabatan, harta dan sebagainya. Pemilik sejati hanyalah Satu Eksistensi Sejati, Sumber segala Realitas dan Absolute . Kita hanya menerima titipan karuniaNya. Ini hanya soal waktu, cepat atau lambat titipan itu akan kita lepaskan atau korbankan dan meninggalkan kita. 

Kalau kita sadar bahwa tidak ada yang benar-benar kita miliki dalam hidup ini dan bisa melepaskan semua kemelekatan terhadap keinginan, ego dan hawa nafsu maka sejatinya di situlah letak kebahagiaan. "Saiki, kene, ngene, aku gelem". Di sini, kini aku hidup bahagia (unconditional happiness). Saatnya datang biarlah datang, saat pergi biarkan pergi. Kita lahir tidak membawa apa-apa. Kita matipun juga tidak membawa apa-apa. Melepaskan atau mengorbankan (qurban) sejatinya adalah menyembelih kemelekatan kesadaran kita terhadap ego, keinginan dan hawa nafsu terhadap seseorang, kesempatan, harta, jabatan dan sebagainya. Seperti terpisahnya antara langit dan awan. Terpisahnya langit kesadaran dan awan ego, keinginan dan hawa nafsu.

Referensi :

Ibn Katsir, Ismail  (774 H) "Tafsir Alquran al-Adziim", Dar Alamiah (QS 108 : 2, QS 22 : 28, 34, 35, QS 37 : 102, QS 2 : 155; QS 55 : QS 16 : 66; QS 7 : 29; QS 38 : 46; QS 11 : 45-47)

Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail, (194 H /810M - 256 H/870), "Shahih Al Bukhari" (al-Jami al-Musnad as-Sahih al-Mukhtasar min Umur Rasulilah SAW wa Sunanihi wa Ayyamihi), Dar-us-Salam Publications; 1st edition (June 1, 1997) HR. Bukhari 1284, 1303, 1342, 4072

Muslim, Abul Husain bin al-Hajjaj al-Naisaburi, (204H/821M-261H/875M) "Shahih Muslim" (Al-Musnad Ash-Shahih), Dar-us-Salam Publications Inc; 1st edition (June 1, 2007) HR. Muslim no. 923, 2316, 3315,

At-Tirmidzi, Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah, (209H/822M-279H/892M) "Sunan at-Tirmidzi" (Al-Jami' Ash-Shahih), Dar al Kutub al Ilmiyah (2022-01-28 ) HR. Tirmidzi no. 1021.

Braden, Gregg, The Divine Matrix: Bridging Time, Space, Miracles, and Belief, Hay House Inc.; 1st edition (January 2, 2008) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun