Malam, sudah berapa kali kekuatan kata ini menjadi awal dari setiap tulisan dia datang untuk kesekian,aku ingin menceritakan tentang seorang sosok yang menjadi cerita ,seorang lelaki muda dengan celana yang tak layak mengendarai motor butut yang di belinya dari hasil kerja serabutan yang semula direncana untuk menyewa sebuah kos, namun dia memilih tinggal dari kos ke kos dan tak ayal sesekali tak tidur, dan memang tak perlu tidur .
Segenggam mimpi terus di bawanya di setiap malam, dia berkisah dengan awan dan bulan yang selalu berganti rupa , dia menengadah mulai menghitung bintang dan mulai menghubungkan dengan sebuah buku yang dibacanya sore tadi di sebuah perpustakaan kota, karena memang jangankan untuk membeli buku untuk menambal celananya saja dia harus meraba perutnya.
“memang hanya mimpi yang aku punya” gumamnya dengan bibir yang bersungging kan semangat hidup yang tinggi.
“hah, aku ini berkata apa, sungguh tidak bosan bosannya aku berdialog dengan diriku,atau mungkin aku mengharapkan pertanyaan? Dari segala mimpi yang merupakan anggapan, ya mimpiku ingin menjadi presiden ,hah, bayak orang bilang itu Cuma bualan semalam, dan sempat aku mempertimbagkan juga , lalu kupikir dan kukaji lagi buat apa berfikir terlalu mendalam alirkan saja bagaikan mimpi setiap orang ketika terlelap ,toh itu juga mimpi, ya menurutku mimpi itu harus besar kalau tidak sekalian saja tidak usah bermimpi”.
Laki laki itu selalu bekutat dengan keinginannya , terkadang apa yang dialkukannya tidak sejalan dengan dengan cita dan mimpi ,kaena memang hidup tak selalu merestui dan tak seperti yang diinginkan diri
bersambung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H