Mohon tunggu...
Iqbal Mohamad
Iqbal Mohamad Mohon Tunggu... -

menyukai sastra, musik , kesenian , dan khususnya seni beladiri. jatuh cinta dengan alam dan keindahan seisinya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jelita (dan) Alam

6 April 2012   14:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:57 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku ingin menjadi ular agar kulit kulit kasarku menyerupa tameng rajanya raja

Menyelubungi tubuh mulusmu hangat bagai rumah kayu di pepinggiran danauloch ness

Jelita rupamu rupakan naluri perawan suci semesta alam

Yang dulu hijau tawarkan harmoni dan keseimbangan

lambang suatu kesatuan energy yang kuasa

****

Membayangkan wajahmu jelita, aku sedih memekik tak bersuara dan tanpa raut muka

kini

Alam sudah tak perawan lagi

Pohon pohon ditebang untuk makan manusia yang lupa sedekah

Gunung gunung kini di keruk

di gerogoti dengan dinginnya mesin mesin baja

gunung di perjalanan kampungku jelita,

kini tinggal sebelah

kutanyakan pada saudara

katanya untuk pabrik

****

sementara ini

aku tidak bisa apa apa jelita, perutku masih lapar

dan bahkan di suatu waktu aku tak berdaya menolong perutku sendiri

alangkah bahagianya aku

jikalau tuhan mengizinkan aku menbuatkan danau untukmu

membuat kembali hutan hutan yang kini mulai berwarna hitam

melebarkan kembali garis garis pantai dan membebaskan kembali pulau pulau indah yang dijual

bagaimana jelita?

Kau tak perlu menjawabnya aku hanya ingin kau yakin padaku

Dengan keyakinanmu jelita , bukan halangan bagi diriku untuk mewujudkannya

Sebuah dunia yang engkau dambakan

Sebuah negeri yang damai dengan keharmonisan

Tanpa noda noda

Ya kan, jelita

YOGYAKARTA 6 APRIL 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun