Mohon tunggu...
Mohammad Wahyu Ramadani
Mohammad Wahyu Ramadani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seseorang yang sederhana dengan sejuta mimpi yang ingin diraih. Salah satunya untuk dapat membuat karya dalam bentuk tulisan. Untuk mencapai impian itu, saya harus memulai nya dengan memilah manakah impian yang harus dijadikan prioritas dan manakah impian yang sekiranya dapat dialihkan. Untuk memenuhi impian saya dalam menciptakan karya berbentuk tulisan, maka saya harus memulainya dengan banyak menambah pengetahuan dengan membaca dan memulai persiapan untuk menulis.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Wajib Tahu!!! Fakta Menarik tentang Ragam Dialek di Pulau Madura

9 Desember 2024   10:05 Diperbarui: 9 Desember 2024   10:07 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pulau Madura by Google Maps

Manusia sebagai makhluk sosial tentunya akan selalu berinteraksi dengan manusia lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, manusia membutuhkan bahasa sebagai alat komunikasi. Hal itu dilakukan supaya setiap manusia dapat memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan masing-masing. Sehingga, dapat dikatakan manusia tidak akan dapat terlepas dari yang namanya bahasa.

Faktanya, manusia berkomunikasi menggunakan berbagai bentuk bahasa. Mulai dari bahasa tubuh hingga bahasa lisan. Bahasa tubuh biasanya digunakan oleh beberapa kelompok manusia, khususnya kaum tunarungu dan tunawicara. Sedangkan bahasa lisan, merupakan bahasa yang paling sering digunakan oleh umat manusia. Melalui bahasa lisan, manusia dapat lebih mudah dalam bertukar pikiran dengan manusia yang lain.

Indonesia memiliki bermacam-macam bahasa lisan. Bahasa lisan biasanya diberi nama sesuai dengan nama daerah, budaya, dan kelompok sosial yang menggunakan bahasa tersebut. Salah satu contohnya, adalah bahasa Madura. Bahasa Madura merupakan salah satu bahasa daerah dan merupakan warisan budaya takbenda di Indonesia. Bahasa Madura tidak hanya digunakan oleh masyarakat Madura itu sendiri, tetapi juga tersebar ke beberapa bagian pulau Jawa, seperti Bondowoso, Situbondo, Probolinggo, Jember, Banyuwangi, dan Madura Kepulauan.

Uniknya, di dalam masyarakat Madura yang berada di pulau Madura masih terdapat perbedaan dalam penggunaan bahasa Madura. Perbedaan bahasa itu disebut dengan dialek. Pengucapan bahasa Madura antara Madura barat (Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sampang) memiliki perbedaan dengan pengucapan bahasa di daerah Madura timur (Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Sumenep). Bahkan, penggunaan bahasa Madura antara Kabupaten Pamekasan dan Sumenep juga memiliki beberapa perbedaan dialek.

Perbedaan dialek tersebut dapat kita lihat dari penyebutan kata, perbedaan pengucapan, dan intonasi bicaranya. Orang-orang Madura yang berasal dari Bangkalan umumnya mereka akan berbahasa Madura menggunakan dialek Bangkalan. Perbedaan yang dapat dilihat dari bahasa Madura dialek Bangkalan adalah dipakainya kata lo' 'tidak', yang dalam dialek Pamekasan dan Sumenep kata ta' yang berarti 'tidak'. Selain itu, orang Bangkalan lebih sering mengucapkan hde 'kamu' yang dalam dialek lainnya mengucapkan b'na  yang artinya 'kamu' atau b'en. Perbedaan pengucapan juga terasa antara dialek Bangkalan dengan dialek Pamekasan dan Sumenep. Dalam bahasa Madura dialek Bangkalan biasanya menggunakan ritme yang cepat, lebih cepat dibandingkan dialek yang lain. Sebagai contohnya dalam dialek Sumenep  jry 'itu' akan diucapkan menjadi jriy. Orang-orang Madura Sumenep juga mengucapkan bhlimbhing 'belimbing' sedangkan orang-orang Bangkalan mengucapkan blimbing. Intonasi suku kata akhir kalimat pada bahasa Madura dialek Sumenep cenderung diucapkan dengan ritme yang lebih panjang dan bernada, sehingga terlihat lebih halus. Dibandingkan dengan dialek Bangkalan yang mengucapkannya lebih cepat dan keras.

Dalam hal pengucapan kata, orang-orang Pamekasan biasanya mempunyai kebiasaan pengucapan kata yang sesuai dengan jumlah suku katanya, seperti brmpa 'berapa'; sedangkan dalam bahasa Madura dialek Bangkalan mengalami peristiwa pengucapan menjadi brmpa. Namun, bila kita melihat perbedaan dialek antara dialek Pamekasan dan Sumenep, hanya terdapat sedikit perbedaan kata. Tetapi perbedaan yang paling menonjol dari kedua dialek tersebut terdapat pada nada yang sangat unik. Nada tersebut bisa dibilang hampir mirip seperti lagi, yang setiap kalimatnya menggunakan ritme memanjang.  Penggunaan bahasanya juga, orang Sumenep lebih sering menggunakan bahasa yang lebih halus dibandingkan dialek lainnya.

Melompat sedikit ke daerah kepulauan Sumenep, terdapat satu dialek lagi yaitu dialek Kangean yang sering digunakan oleh orang-orang dari pulau Kangean. Perbedaan kata-kata yang terdapat pada dipakainya kata Ako untuk 'saya' yang di dalam dialek lainnya disebutkan sngko'. Selain itu perbedaan pengucapan yang terlihat pada dialek Kangean ketika diucapkan kata baramma sedangkan dalam dialek lainnya adalah brmma, padahal kedua kata tersebut sama-sama memiliki arti 'bagaimana' dalam bahasa Indonesia. Ritme dalam dialek Kangean juga diucapkan dengan ritme yang sangat cepat, hampir sama dengan ritme dialek Bangkalan Madura.

Dalam beberapa tinjauan, secara kasar dialek itu dapat dianggap sebagai "pecahan" suatu bahasa. Pecah disini memiliki arti bahwa terdapat perbedaan bentuk bahasa, antara bahasa dialek dan bahasa induk. Proses perpecahan itu sendiri dapat terjadi oleh beberapa hal, Salah satunya faktor utamanya adalah letak geografis. Bahasa yang digunakan oleh penduduk yang besar dan jumlahnya sangat banyak, tentunya akan menempati tempat yang sangat kuat juga. Sedangkan, daerah tersebut terpecah-pecah oleh batas-batas alam, seperti sungai, pegunungan, bahkan lautan dapat menjadi pemecah yang akhirnya menghasilkan dialek baru. Ditambah lagi, lokasi geografis juga dapat mempengaruhi terbentuknya karakter masyarakat di daerah tersebut. Sebagai contohnya, perbedaan geografis seperti lokasi pesisir atau pedalaman juga dapat mempengaruhi pola hidup dan mata pencaharian penduduk, yang kemudian menciptakan identitas baru yang berbeda. Selain itu, masih banyak faktor lainnya, seperti faktor sejarah, negara, perpindahan penduduk, dan beberapa hal lainnya dapat menjadi faktor penyebab perbedaan karakter dan dialek masyarakat tertentu.

Dari pembahasan di atas, dapat kita lihat bahwa di dalam pulau kecil seperti Madura itu sendiri juga terdapat perbedaan dialek. Namun, meskipun begitu masyarakat Madura tidak mempermasalahkan hal tersebut. Masyarakat Madura tetap menjunjung sikap toleransi, dan tetap saling memahami antar masyarakat. Jadi dapat kita pahami bahwa perbedaan itu bukan berarti akan menghasilkan sesuatu yang negatif. Tetapi dari perbedaan itu, dapat menghasilkan ciri khas yang unik dari masing-masing daerah yang ada di Madura. Perlu juga diketahui, bahwa perbedaan bahasa bukan berarti mengakibatkan kehancuran. Tetapi justru juga dapat menghasilkan persatuan yang lebih indah. Konsep seperti itu juga sama seperti konsep keberagaman di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun