Mohon tunggu...
Mohammad Uwais Al Qorni
Mohammad Uwais Al Qorni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta, Magang di Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral

Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Program Studi Pembangkit Tenaga Listrik di Politeknik Negeri Jakarta. Magang di Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Penuh Potensi EBT Kok Tidak Direalisasi, Kenapa?

27 Februari 2022   23:32 Diperbarui: 27 Februari 2022   23:36 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diagram Produksi Listrik PLTS ( Sumber : Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral,https://www.esdm.go.id/) 

Dan apabila dibandingkan dengan negara India, yang konsumsi listriknya kurang lebih sama dengan Indonesia, produksi negara mereka jauh lebih tinggi. Dan produksi mereka pun tergolong mencukupi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi listriknya, sedangkan Indonesia masih tergolong kurang.

Mungkin kita boleh kalah dalam produksi listrik menggunakan coal atau batubara seperti yang dilakukan oleh India, namun kita harus tetap berusaha untuk mengejar produksi listrik yang lebih tinggi demi memenuhi kebutuhan listrik seiring bertambahnya industri. Karena ketika industri sudah semakin banyak, maka dapat dipastikan negara tersebut akan semakin maju nilai perekonomiannya.

Peta Transmisi dan Interkoneksi (Sumber : https://www.esdm.go.id/)
Peta Transmisi dan Interkoneksi (Sumber : https://www.esdm.go.id/)

Ketertinggalan Indonesia dalam produksi energi listrik dikarenakan oleh berbagai faktor, mulai dari sumber daya manusia yang belum matang, teknologi yang belum bisa sepadan dengan negara lain, sistem transmisi yang masih belum merata. Mengenai sumber daya manusia, mungkin dapat ditingkatkan melalui berbagai program beberapa diantaranya yaitu program GERILYA (Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya) bagi para mahasiswa, Society of Renewable Energy (SRE) yaitu organisasi atau program untuk mengajak masyarakat umum lebih terbuka dan mengetahui terhadap energi terbarukan, membuat pelatihan bagi fresh graduate untuk meningkatkan skill dan kualitas dalam hal berbau energi terbarukan, dan lain sebagainya.

Mengenai teknologi yang belum sepadan dengan negara lain, mungkin bisa dilakukan sebuah kerjasama antar negara misalnya antara Indonesia-Jepang. Jepang memberi pengetahuan teknologinya dalam pembangkit berbasis EBT kepada indonesia, lalu Indonesia bertukar benefit kepada Jepang agar menguntungkan kedua belah negara.

 Dan mengenai masalah sistem transmisi yang masih belum merata, hal ini dapat diatasi dengan adanya pembangunan akses terhadap daerah tersebut. Dengan diawali pembangunan akses, tentu akan memberi kemudahan dalam pemerataan transmisi dan pembangunan berkelanjutan lainnya. Oleh karena itu kemudahan akses terhadap suatu daerah, merupakan kunci agar pembangunan nasional dapat merata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun