Mohon tunggu...
Mohammad Uwais Al Qorni
Mohammad Uwais Al Qorni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta, Magang di Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral

Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Program Studi Pembangkit Tenaga Listrik di Politeknik Negeri Jakarta. Magang di Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Beralih Menuju EBT Sudah Merupakan Kewajiban, Begini Haditsnya

26 Februari 2022   23:46 Diperbarui: 27 Februari 2022   00:01 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Q.S. Al A'raf ayat 56 (Sumber : Ar-Rahman Ar-Raheem | 1UmmahTv (wordpress.com) )

Energi merupakan suatu hal yang tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Seiring berkembangnya zaman, penemuan teknologi di bidang konversi energi menuju energi listrik  tentu akan memudahkan kehidupan manusia kedepannya. Perkembangan konversi energi telah dikembangkan selama ratusan tahun lamanya, dan akan terus dikembangkan untuk memudahkan manusia generasi yang akan mendatang.

Cerita dimulai dengan penemuan listrik statis yaitu oleh seorang pemikir dan peneliti listrik yaitu Benjamin Franklin,yang terkenal akan kisahnya menerbangkan layang-layang yang dikaitkan kunci pada benangnya. Setelah itu diteliti oleh seorang yang jenius, yang berperan penting dalam penemuan energi listrik yaitu Michael Faraday. Beliau adalah seseorang menemukan  fenomena elektromagnetik, walaupun backgroundnya hanyalah seorang tukang jilid buku dan hanya bermodalkan membaca cetakan penelitian. Melalui alat eksperimennya dia menemukan bahwa apabila listrik bisa dihasilkan oleh magnet, maka magnet pun dapat menghasilkan listrik.

Perkembangan mengenai konversi energi pun berlanjut, mulai dari hal inilah yang menjadi cikal bakal berbagai inovasi dalam sektor pembangkitan. Yaitu ketika ditemukannya alat yang bernama generator. Generator ditemukan dan disempurnakan oleh banyak campur tangan. Mulai dari Michael faraday sebagai penemu fenomena elektromagnetik, Thomas Alva Edison sebagai penemu arus DC, Nikola Tesla sebagai penemu arus AC, dan Robert J. Van De Graff. Dengan ditemukannya alat generator tersebut, manusia berlomba lomba untuk berinovasi untuk menghasilkan listrik melalui proses konversi pada alat generator tersebut. Inovasinya pun beragam, mulai dari yang aneh yaitu tenaga gerak manusia, membuat kincir air sebagai pemutar poros generator, kincir angin, dan lain sebagainya.

Seiring perkembangan zaman, manusia mengandalkan tenaga ekspansi uap untuk menggerakan turbin yang dikopel pada poros generator. Uap tersebut dihasilkan oleh proses pemanasan, dan bahan bakar untuk pemanasan tersebut digunakanlah bahan bakar dari fosil.

Seperti yang kita ketahui, Allah SWT. Telah memberikan karunia nikmat dan rezeki kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya. Manusia sebagai makhluk-Nya, diberi kesempatan untuk menggunakan sumber daya alam yang ada. Namun disamping itu, Allah juga memberi perintah kepada umat manusia untuk merawat dan menjaga alam. Dalam hadits shohih, Rasul saw. bersabda :

...

"Setiap kalian adalah pengurus dan penanggungjawab atas urusannya. Dan Imam (Penguasa) ialah pengurus dan hanya dialah yang jadi penanggung jawab atas urusannya.." (hr. Bukhori, Shohih Bukhori, 8/253).

Dan juga Allah menegaskan seperti yang tercantum dalam Al Quran Surat Al Araaf ayat 56, yang berbunyi: "Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah memperbaikinya dan berdo'alah kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan . Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik".

Dari kedua dalil tersebut, memiliki makna bahwa setiap ada perbuatan, maka terdapat ganjarannya. Hal tersebut sangat berkaitan dengan kondisi alam saat ini, bahwa alam selalu memperingatkan manusia dengan segala bencana alam agar tidak merusak atau menggunakan secara berlebihan sumber daya alam yang berlimpah ini. Namun manusia tetap bersikeras menggunakannya secara berlebihan saja tidak dengan sewajarnya.

Sebagai bentuk tanggung jawab dari umat manusia, sebaiknya seiring menggunakan bahan bakar fosil, harus diimbangi dengan mengembangkan energi terbarukan. Hal ini penting untuk menjaga kelestarian dan keseimbangan alam agar tidak terjadi bencana yang pada akhirnya akan menimpa manusia itu sendiri. Sebagai gambaran, kita ambil contoh negara yang dulunya gersang dan ekonominya kurang kini menjadi negara maju dan negara terkaya karena sumber daya alamnya, yaitu Uni Emirat Arab.

Negara Uni Emirat Arab, seperti Qatar dan Dubai merupakan negara yang memanfaatkan sumber daya alamnya dengan baik sehingga dapat memajukan negaranya. Negara-negara tersebut memiliki kelebihan utama yaitu kandungan minyak dan gas alam yang melimpah. Mereka memanfaatkan gas alam sebagai penghasil energi listrik, dan minyak tersebut digunakan untuk meningkatkan perekonomiannya dengan mengekspor ke negara lain seperti Amerika Serikat. Negara tersebut sudah sangat makmur, mereka yang awalnya menggunakan energi fosil seperti gas alam, kini mulai beralih ke EBT. Karena negara tersebut dikaruniai sinar matahari sepanjang tahun, hal ini dimanfaatkan oleh mereka untuk dibangun PLTS. Walaupun masih menggunakan Gas alam untuk menghasilkan listrik sebesar 125,9 TWh, namun pemanfaatan energi suryanya masih lebih baik daripada Indonesia yaitu sebesar 4,2 TWh. Dengan sisanya yaitu pemanfaatan energi angin dan energi nuklir, Negara ini sukses menghasilkan listrik dengan total 130 TWh.

Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia dikaruniai berkah sumber daya alam yang lebih banyak dari negara manapun. Baik energi fosil yang melimpah, potensi EBTnya pun sangat melimpah. Namun karena masih tergolong minim penerapan EBTnya, Indonesia masih dominan menggunakan batubara untuk menghasilkan 174,5 TWh, Minyak bumi sebesar 10 TWh, dan gas alam sebesar 61,3 TWh. Sisanya yaitu tenaga air 10 TWh, angin sebesar 1,4 TWh, dan tenaga surya masih dibawah 0,01 TWh. Dengan menggunakan segala sumber daya yang tersedia, Indonesia menghasilkan total 278,9 TWh.

Secara angka mungkin terlihat lebih besar produksi listrik yang dimiliki Indonesia, namun hal ini perlu dilihat dari segi luas wilayah negara, Indonesia memiliki luas 1.811.570 Km2 dan UEA hanya sebesar 83.600 Km2. Apabila negara tersebut disetarakan, Indonesia tergolong masih kurang dalam pemanfaatan EBTnya. Selain energi angin, air, dan surya, Indonesia diberi berkah untuk memanfaatkan lainnya, seperti energi pasang air laut, panas bumi, bioenergy, dan energi nuklir.

Melihat berbagai potensi yang ada, sebaiknya Indonesia tidak terlalu ketergantungan terhadap energi fosil. Manusia sebenarnya boleh boleh saja untuk memanfaatkan energi fosil untuk menyokong keberlangsungan hidup, namun harus diiringi dengan beralih ke EBT. Jangan sampai alam yang menegur kita karena kesalahan manusia itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun