Kemampuan dan pengalamannya dalam menata kota serta mengolah sampah, tentu tidak perlu diragukan lagi. Ia sangat handal dan mahir memanagemen sampah, bahkan sampai diakui dunia.
Penghargaan The Guangzhou International Award For Urban Innovation kategori online popular city yang diraih Surabaya akhir tahun 2018 lalu, menjadi salah satu bukti kinerja suksesnya menangani sampah.Â
 Penghargaan ini sekaligus menobatkan Surabaya sebagai kota yang sudah sejajar dengan kota-kota besar di dunia. Sebab, dalam penghargaan itu, Surabaya berhasil mengungguli 193 kota di 66 negara. Dari 193 kota itu, kemudian diseleksi dan diputuskan menjadi 15 finalis, dan salah satunya Surabaya.
Dalam kategori online popular city, Kota Surabaya mengungguli ke-14 finalis lainnya seperti Sydney (Australia), Repentigny (Canada), Milan (Italy), eThekwini (South Africa), Guadalajara (Mexico), Utrecht (Netherlands), New York (USA), Yiwu (China), Santa Ana (Costa Rica), Kazan (Russia), Mezitli (Turkey), Santa Fe (Argentina), Salvador (Brazil), dan Wuhan (China).
Di lain waktu, Putra mahkota Inggris Pangeran Charles juga sempat mengapresiasi aksi dan kebijakan Wali Kota Risma dalam mengelola sampah. Tak ketinggalan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) juga mengapresiasi pengolahan sampah di Kota Pahlawan setelah meninjau langsung TPA Benowo.
Ya, itu salah satu contoh penghargaan dan pengakuan dunia terhadap kinerja Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini alias Risma dalam mengolah sampah. Jadi, Bu Risma itu "Raja"-nya pengolahan sampah yang tidak hanya diakui di tingkat nasional, tapi juga diakui di tingkat internasional.
Dengan berbagai keberhasilan itu, akhirnya banyak pemerintah daerah dari berbagai penjuru Indonesia berdatangan ke Kota Surabaya untuk belajar tata cara mengolah sampah dan belajar berbagai sistem pemerintahan di Kota Surabaya. Banyak pula diantara mereka yang mencontoh dan menerapkannya di daerah mereka masing-masing.
Oleh karena itu, tak heran jika DPRD DKI Jakarta beserta jajaran Dinas Lingkungan Hidup Jakarta melakukan studi banding ke Kota Surabaya untuk menyusun peraturan daerah (Perda). Sebab, kota ini sudah dinilai sukses mengolah sampah dan berbagai inovasinya layak ditiru.
Belakangan, studi banding ini ramai dibicarakan karena pada saat itu Ketua Fraksi Nasdem DPRD DKI Bestari Barus secara terang-terangan mengaku ingin memboyong Bu Risma ke Jakarta demi mengatasi masalah sampah.
Kunjungan ini pun berakhir dengan saling "serang" antara Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan Bestari. Awalnya, Anies baper merasa diserang dan Bestari pun merasa tidak pernah menyerang dan hanya mengingatkan Pemprov DKI Jakarta.
Dari sekian banyak media yang saya ikuti, saya kok belum menumukan solusi konkret dari seorang Gubernur untuk mengatasi "darurat sampah di DKI Jakarta", terutama soal sampah 5 ribu ton nanti? Atau saya yang kurang baca ya?