Headline Harian Kompas Selasa (2/7/2019) kemarin, memang menyita perhatian banyak pihak. Koran yang sangat fenomenal ini seakan "turun gunung" untuk mendukung dan mendorong rekonsiliasi para peserta Pilpres 2019, yaitu Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno.
Setidaknya, ada dua judul headline yang diturunkan dalam laporan itu. Jika ditarik benang merahnya, kedua judul itu sejatinya satu tema, yakni PR Jokowi-Amin setelah ditetapkan pemenang Pilpres 2019, termasuk mendesaknya rekonsiliasi.
Judul pertama, Harian Kompas memuat wawancara khusus antara Pemred Kompas Ninuk Mardiana Pambudy dengan Presiden Jokowi. Saya ulang, Pemrednya langsung yang turun wawancara khusus.
Redaksi memberinya judul: "Jokowi: Kita Terbuka dengan Siapa Pun yang Ingin Bersama-sama". Tulisan dalam judul pertama ini bentuknya tanya jawab yang intinya Presiden Jokowi memastikan akan terbuka dengan siapapun yang ingin bersama-sama, yang ingin bekerja sama memajukan negera ini, karena ini negara besar dan persoalannya banyak.
Sebagai pemenang, memang selayaknya Jokowi merangkul pihak-pihak yang berseberangan. Saya kira, itu sudah dilakukan berkali-kali. Namun, hingga saat ini pihak Prabowo-Sandi yang seakan masih enggan untuk melakukan rekonsiliasi.
Oleh karena itu, Harian Kompas pun mengeluarkan jurus keduanya berjudul: "Penyatuan Butuh Langkah Konkret" dengan sub judul yang lebih jelas: "Contoh dari elite dibutuhkan untuk menyatukan kembali masyarakat yang terbelah karena pemilu. Penguatan kembali ideologi pancasila juga mendesak dilakukan".
Di judul kedua ini, Kompas kembali mendesak rekonsiliasi dan yang paling dibutuhkan adalah langkah konkret dari rekonsiliasi itu.Â
Salah satu langkah konkret yang ditawarkan adalah contoh dan teladan dari para elite politik, tokoh masyarakat dan tokoh agama. Sebab, jika para elite politik dan para tokohnya sudah bergandengan tangan, maka ke bawah sangat mungkin untuk bisa bergandengan tangan.
Desakan rekonsiliasi itu bukan hanya desakan dan opini semata. Namun, Litbang Kompas langsung melakukan jajak pendapat pada 26-27 Juni 2019.Â
Dari 545 responden di 16 kota besar di Indonesia, 84 persen menyatakan, menyatukan kembali masyarakat yang terbelah pada pemilu lalu menjadi hal yang sangat mendesak untuk dilakukan. Inilah hebatnya Kompas, pasti lengkap dengan data dan penelitiannya.
Presiden Jokowi pun ternyata memiliki langkah-langkah untuk menyatukan masyarakat yang terbelah-belah. Salah satunya dia memastikan bahwa akan memperhatikan seluruh daerah dan rakyat Indonesia.Â