Surabaya, sebagai salah satu kota besar di Indonesia, memang dikenal karena dinamika perkembangannya yang pesat. Namun, di balik kemajuan tersebut, kota ini juga menyimpan kekayaan budaya yang sangat berharga, salah satunya adalah jajanan tradisional. Makanan khas yang sering dijual di pasar-pasar tradisional ini bukan hanya sekedar makanan, tapi juga merupakan bagian dari identitas budaya yang sudah turun-temurun diwariskan. Sayangnya, jajanan tradisional kini berada di ambang kepunahan karena berbagai faktor, terutama pengaruh modernisasi dan perubahan gaya hidup masyarakat yang lebih memilih makanan cepat saji. Oleh karena itu, penelitian tentang makanan tradisional di Surabaya, terutama jajanan pasar, menjadi sangat penting untuk menjaga kelestarian warisan budaya yang terkandung di dalamnya.
"Makanan adalah segalanya bagi kita. Ini merupakan perpanjangan dari perasaan nasionalis, perasaan etnis, sejarah pribadimu, provinsimu, daerahmu, sukumu, nenekmu. Itu tidak dapat dipisahkan sejak awal." - Anthony Bourdain
Maka dari itu kami mahasiswa Universitas Airlangga sangat berantusias untuk melaksanakan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat. Sosialisasi yang kami lakukan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga dan melestarikan jajanan tradisional yang sarat akan nilai budaya dan sejarah. Dalam sosialisasi tersebut, berbagai informasi mengenai pentingnya menjaga warisan budaya berupa jajanan tradisional, serta keunikan dan kearifan lokal yang terkandung di dalamnya. Setelah sosialisasi, langkah berikutnya adalah pengumpulan data melalui survei yang dilakukan di salah satu lokasi strategis di Surabaya yakni Jalan Tunjungan. Survei ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman masyarakat tentang jajanan tradisional dan sejauh mana mereka memiliki ketertarikan atau kebiasaan mengkonsumsinya.
Dengan keragaman jajanan tradisional khas Surabaya seperti lemper, pastel, kue lumpur, putu ayu, dan berbagai kue tradisional lainnya yang mencerminkan kearifan lokal. Akan tetapi, seiring dengan berkembangnya zaman dan masuknya pengaruh globalisasi, jajanan tradisional ini mulai terpinggirkan. Sebagai contoh, kami menemukan salah seorang bapak berusia paruh baya bernama pak Rosidi, beliau berkata “Saya pernah makan jajanan itu mas, tapi saya lupa namanya apa, hehe”, itu salah satu temuan yang menarik dari survei yang kami lakukan. Bahwa meskipun banyak masyarakat Surabaya mengenal jajanan tradisional, sebagian dari mereka tidak mengetahui jenis makanan ataupun nama jajanan apa yang biasa dikonsumsi. Hal ini menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara pengetahuan masyarakat mengenai jajanan tradisional dan kebiasaan mengkonsumsinya. Oleh karena itu, penting untuk menggabungkan aspek kearifan lokal dalam setiap kegiatan promosi, sehingga masyarakat tidak hanya mengetahui, tetapi juga merasa terhubung dan termotivasi untuk melestarikan makanan tradisional tersebut.
Berdasarkan survei yang dilakukan di sekitar Jalan Tunjungan, sebagian besar masyarakat di sana, hal ini membuktikan bahwa. Didukung dengan hasil dari data statistik yang kami dapatkan. Ada beberapa temuan menarik yang mengungkapkan tingkat minat, pengetahuan, dan preferensi masyarakat terhadap jajanan tradisional tersebut.
Tingkat Peminatan Masyarakat terhadap Jajanan Tradisional
Hasil survei menunjukkan bahwa 68,2% responden menyatakan setuju atau sangat setuju dengan ketertarikan mereka untuk mengonsumsi makanan tradisional Surabaya. Meskipun demikian, 31,8% di antaranya hanya mengonsumsi jajanan tradisional sesekali. Data ini mencerminkan adanya ketertarikan yang signifikan terhadap jajanan tradisional, meskipun frekuensi konsumsi dapat bervariasi.
Melalui analisis data, kita memperoleh statistik yang menggambarkan bagaimana responden menyikapi jajanan tradisional. Berdasarkan frekuensi tingkat minat, diperoleh hasil sebagai berikut: 36,9% responden menyatakan setuju, 31,3% sangat setuju, dan hanya 4,7% yang sangat tidak setuju. Dengan modus berada pada angka 4 (Setuju), serta median yang menunjukkan kecenderungan netral, dapat disimpulkan bahwa mayoritas masyarakat Surabaya menunjukkan sikap positif terhadap konsumsi jajanan tradisional, meskipun tidak semua responden mengkonsumsinya secara rutin.
Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Jajanan Tradisional
Berbeda dengan peminatannya, pengetahuan masyarakat tentang jajanan tradisional menunjukkan hasil yang sedikit lebih beragam. Dari hasil survei, hanya 11,5% responden yang menyatakan sangat tahu tentang jajanan tradisional, sementara 37,5% mengaku tahu, dan 35,4% menyatakan cukup tahu. Bahkan, 13,5% responden merasa kurang tahu, dan 2,1% tidak tahu sama sekali. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden cukup mengetahui jajanan tradisional, meskipun pengetahuan mereka tidak sepenuhnya mendalam.
Modus yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden tahu (nilai 4) dan nilai median yang menunjukkan kecenderungan kurang tahu, memperlihatkan adanya jurang pengetahuan mengenai jajanan tradisional di kalangan masyarakat. Hal ini juga tercermin dari nilai rata-rata (mean) yang berada di antara kategori kurang tahu dan cukup tahu. Pengetahuan yang terbatas ini menjadi tantangan tersendiri dalam melestarikan jajanan tradisional, yang seharusnya lebih dikenal dan dipahami oleh masyarakat.
Jenis Jajanan Tradisional yang Paling Disukai
Beranjak ke preferensi jajanan tradisional, hasil survei menunjukkan bahwa lemper menempati posisi puncak dengan persentase sebesar 38,5%. Makanan ini lebih disukai dibandingkan jajanan lainnya seperti kue lumpur (16,7%) dan onde-onde (13,5%). Di sisi lain, jajanan seperti pastel, cucur, putu ayu, dan kue lapis memperoleh persentase preferensi yang lebih rendah, masing-masing di bawah 10%.
Keberhasilan lemper dalam meraih predikat jajanan tradisional paling diminati tentu bukan tanpa alasan. Selain rasanya yang gurih dan kenyal, lemper juga mudah ditemukan di berbagai tempat di Surabaya. Keberadaannya yang cukup mudah dijangkau dan dipadukan dengan cita rasa yang familiar menjadi alasan utama mengapa lemper mendominasi preferensi masyarakat. Hal ini memberikan indikasi bahwa ada permintaan yang cukup besar terhadap jajanan tradisional yang tetap mempertahankan nilai lokal dan kelezatannya.
Berdasarkan hasil survei, dapat disimpulkan bahwa masyarakat Surabaya memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap jajanan tradisional, meskipun frekuensi konsumsi bervariasi. Tingkat pengetahuan tentang jajanan tradisional masih bisa ditingkatkan, mengingat banyak responden yang hanya memiliki pengetahuan yang cukup atau kurang tentang jenis-jenis jajanan tersebut. Dalam hal preferensi, lemper menjadi jajanan yang paling disukai masyarakat, yang menunjukkan daya tarik yang lebih besar dibandingkan jajanan tradisional lainnya. Untuk itu, penting bagi pihak terkait untuk terus mengenalkan dan mempromosikan jajanan tradisional agar tetap lestari dan dikenal oleh generasi mendatang.
Penulis : Kelompok 1 PDB 22 Universitas Airlangga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H