Warga terdampak gempa dan tsunami di mulai meninggalkan kota Palu dan Donggala menuju ke tempat pengungsian yang lebih baik. Ratusan motor dan mobil berpelat DN terlihat ramai mengarah ke arah selatan saat kami melintas di jalan Trans Sulawesi Barat, di poros Majene-Mamuju-Pasangkayu pada Selasa sore (2/10).Â
Bus-bus AKAP dari Palu tujuan Makassar yang melintas di jalur tersebut pun terlihat penuh. Sejumlah bus bahkan menempelkan stiker bertuliskan "angkutan pengungsi." Kecepatan kami rata-rata 80 Km/jam.
Selepas Isya, kami melewati wilayah Kecamatan Karossa, Sulawesi Barat. Wilayah ini terlihat ramai. Mobil-mobil berpelat DN banyak yang parkir untuk beristirahat.Â
Warung makan dan kios ramai, begitu pula di kios bensin eceran dan "Pertamini" yang disemuti warga. Yang melintas pun tetap ramai. Beberapa terlihat melintas beriringan.
Memasuki wilayah Pasangkayu, suasana semakin menyedihkan. Para pengendara ke arah selatan banyak yang parkir untuk beristirahat di pinggir jalan, emperan kios, dan teras rumah warga.Â
Di arah sebaliknya, para pengendara yang mengarah ke Donggala juga terlihat parkir. Mobil pengangkut alat-alat berat pun terlihat parkir di sini. Kabarnya, mereka menantikan pengamanan untuk melanjutkan perjalanan.
Semakin menyusuri pusat kota Pasangkayu, warga terlihat mengantri di SPBU. Tidak nampak ada pergerakan berarti di antrian SPBU tersebut. Berbagai kendaraan seperti motor, mobil, dan truk semua parkir dalam antrian dengan kondisi mesin mati. Perhitungan saya, antrian mencapai lebih dari lima kilometer.
Di Masjid Raya Pasangkayu, puluhan mobil terparkir dan beberapa di antaranya adalah mobil aparat dan mobil ambulans dengan muatan pasien. Semua menantikan bantuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H