Mohon tunggu...
Mohammad Rizky Rezaldi
Mohammad Rizky Rezaldi Mohon Tunggu... Editor - Penulis Berita dan Artikel

Menulis resensi film dan artikel populer.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Fenomena Akronim Nyeleneh: Kreatif atau Berlebihan?

17 Juli 2024   00:06 Diperbarui: 17 Juli 2024   00:16 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Baru-baru ini, publik dihebohkan dengan nama Portal Resmi Kabupaten Cirebon, SIPEPEK. SIPEPEK adalah singkatan dari "Sistem Informasi Administrasi Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial", aplikasi layanan dari Dinas Sosial Kabupaten Cirebon. Sayangnya, nama ini dikritik karena dianggap ambigu dan berbau negatif.

Contoh lain adalah program prioritas Pemerintah Kalimantan Selatan yang kembali menjadi sorotan publik imbas pemberitaan sebelumnya, pada Selasa (16/07/2024) bernama SISKA KU INTIP. SISKA KU INTIP singkatan dari Sistem Integrasi Kelapa Sawit Sapi Berbasis Kemitraan Usaha Inti-Plasma, yang bertujuan meningkatkan swasembada sapi untuk mendukung ketahanan pangan dan sebagai penyangga pangan Ibu Kota Nusantara (IKN).

Kenapa ide-ide nyeleneh ini muncul? Kita perlu mengetahui bahwa akronim adalah singkatan dari gabungan huruf awal, suku kata, atau kombinasi keduanya dari deret kata yang disingkat. Contohnya, mayjen untuk mayor jenderal, rudal untuk peluru kendali, dan sidak untuk inspeksi mendadak.

Dalam membuat akronim, ada dua aturan yang harus diperhatikan: (1) jumlah suku kata tidak boleh melebihi yang lazim dalam bahasa Indonesia, dan (2) kombinasi vokal dan konsonan harus sesuai dengan pola kata Indonesia yang biasa.

Penamaan akronim seperti SIPEPEK dan SISKA KU INTIP menunjukkan usaha untuk membuat nama yang gampang diingat dan menarik. Tapi, kalau tidak hati-hati, bisa menimbulkan reaksi negatif karena dianggap ambigu atau tidak pantas. Pembuat akronim harus lebih berhati-hati dan mempertimbangkan dampak sosial dari nama yang mereka pilih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun