Baru-baru ini, publik dihebohkan dengan nama Portal Resmi Kabupaten Cirebon, SIPEPEK. SIPEPEK adalah singkatan dari "Sistem Informasi Administrasi Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial", aplikasi layanan dari Dinas Sosial Kabupaten Cirebon. Sayangnya, nama ini dikritik karena dianggap ambigu dan berbau negatif.
Contoh lain adalah program prioritas Pemerintah Kalimantan Selatan yang kembali menjadi sorotan publik imbas pemberitaan sebelumnya, pada Selasa (16/07/2024) bernama SISKA KU INTIP. SISKA KU INTIP singkatan dari Sistem Integrasi Kelapa Sawit Sapi Berbasis Kemitraan Usaha Inti-Plasma, yang bertujuan meningkatkan swasembada sapi untuk mendukung ketahanan pangan dan sebagai penyangga pangan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Kenapa ide-ide nyeleneh ini muncul? Kita perlu mengetahui bahwa akronim adalah singkatan dari gabungan huruf awal, suku kata, atau kombinasi keduanya dari deret kata yang disingkat. Contohnya, mayjen untuk mayor jenderal, rudal untuk peluru kendali, dan sidak untuk inspeksi mendadak.
Dalam membuat akronim, ada dua aturan yang harus diperhatikan: (1) jumlah suku kata tidak boleh melebihi yang lazim dalam bahasa Indonesia, dan (2) kombinasi vokal dan konsonan harus sesuai dengan pola kata Indonesia yang biasa.
Penamaan akronim seperti SIPEPEK dan SISKA KU INTIP menunjukkan usaha untuk membuat nama yang gampang diingat dan menarik. Tapi, kalau tidak hati-hati, bisa menimbulkan reaksi negatif karena dianggap ambigu atau tidak pantas. Pembuat akronim harus lebih berhati-hati dan mempertimbangkan dampak sosial dari nama yang mereka pilih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H