Mohon tunggu...
Mohammad Rizal Diansya
Mohammad Rizal Diansya Mohon Tunggu... Mahasiswa - KompasiaNers | Airlangga University | Ners Muda

.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Masuk Sekolah Jam Lima Pagi: Bukan solusi

8 Maret 2023   19:31 Diperbarui: 4 April 2024   06:59 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kewajiban belajar sudah melekat sejak anak memasuki usia pra-sekolah maupun sekolah. Ketika usia pra-sekolah, kewajiban ini akan lebih difokuskan pada pengembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan kemampuan bersosialisasi di luar lingkungan keluarga. Sedangkan ketika usia sekolah, anak akan lebih dididik dalam perluasan wawasan pengetahuan, hardskill, softskill dan prestasi.

Baru-baru ini, ada kebijakan yang sempat menuai perdebatan di Tanah Air. Pasalnya, Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Laiskodat mengusulkan jam masuk sekolah peserta didik setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dimajukan menjadi pukul 05.00 WITA. Kebijakan ini menuai banyak kontroversi dari kalangan peserta didik dan wali murid. Lantas bagaimana kah dampak program ini kedepannya?

Menyikapi program sekolah jam lima pagi, tentu bagi seorang pelajar akan menolak pada awalnya. Namun jika kita telusuri tujuannya ialah mengasah kedisiplinan dan etos kerja. Kabarnya, program ini sudah diuji coba di sepuluh sekolah meskipun diubah menjadi jam 05.30 di beberapa sekolah di NTT salah satunya yaitu SMAN 1 Kupang dan SMAN 6 Kupang yang viral beberapa tempo lalu.

Mengenai keberlanjutan program ini, belum ada kabar lanjutan program ini. Namun bila berkaca dari pengalaman saya pribadi. Sekolah di waktu pagi cukup menyulitkan bagi saya. Bukan karena sulit bangun pagi, melainkan karena terbatasnya transportasi umum yang bisa saya naiki. Pada waktu itu cukup sulit menemukan angkot yang bisa saya naiki di jam 6 (enam) ke bawah meskipun daerah saya termasuk dekat kota. Mungkin karena ramainya angkutan umum di jam-jam tertentu saja, sehingga sulit menemukan angkot di jam yang lebih pagi.

Di sisi lain, hal ini bukanlah kendala bagi teman-teman saya yang membawa kendaraan pribadi seperti sepeda ataupun motor. Mereka tetap santai dan justru lebih senang ketika berangkat lebih pagi, karena jalan masih terbilang sepi dan jarang ada kendaraan berlalu-lalang. Namun, tidak menutup kemungkinan bahaya juga ada baik itu karena mengantuk atau jalan yang masih gelap.

Kendala lain yang saya alami yaitu tidak sempat sarapan. Sekolah saya cukup jauh dari rumah, terkadang makanan juga belum siap untuk dimakan sehingga saya nekat berangkat sekolah dengan membawa bekal makanan instan ataupun roti yang bisa saya makan di perjalanan maupun di sekolah. Tetapi yang perlu diingat, Sarapan tetap menjadi hal terpenting agar kita siap menerima pelajaran karena energi yang tercukupi.

Manfaat yang bisa saya ambil dari pengalaman saya sendiri, memang betul bisa membuat saya lebih disiplin dan menghargai waktu. Namun seiring berjalannya waktu, saya mulai merasa keberatan jika berangkat sekolah terlalu pagi karena dari saya sendiri otomatis akan bangun lebih pagi lagi. Selain faktor angkutan umum yang sulit ditemukan. Terkadang sepulang sekolah saya sering merasa badan pegal dan capek sekali, mungkin karena jam tidur yang kurang dan kualitas tidur yang menurun karena takut bangun kesiangan.

Lantas bagaimana menurut kalian tentang kebijakan ini? Efektif kah untuk sistem pembelajaran di Indonesia atau mungkin ada saran lain dari kalian agar tujuan tersebut bisa tercapai tanpa memberikan dampak buruk bagi siswa? Tulis di kolom komentar, stay healthy and take care

Terima Kasih

Sumber:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun