Mohon tunggu...
Mohammad Nuh
Mohammad Nuh Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berkunjung ke Museum Pendidikan Nasional di Bandung

8 Juni 2015   19:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:10 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada 19 Mei lalu, saya berkunjung ke Museum Pendidikan Nasional, yang terletak di dalam komplek Universitas Pendidikan Indonesia, di Bandung, Jawa Barat.  Kunjungan saya ini berawal dari pertemuan yang tidak sengaja dengan Ibu Erlina, Kepala Museum Pendidikan Nasional, yang menghadiri sebuah acara di Jakarta. 

Bu Erlina menerangkan bahwa museum tersebut baru saja diresmikan pada 2 Mei silam. Museum ini atas prakarsa Pak Prof.Dr. Sunaryo Kartadinata MPH, yang ketika saya berkunjung masih menjabat sebagai Rektor UPI ,  yang didukung Gubernur Jawa Barat, Pak  Ahmad Heryawan.  Museum memuat berbagai koleksi yang menunjukkan perjalanan periodisasi pendidikan nasioal sejak zaman pra sejarah, hingga masa kini. 

Pak Rektor Sunaryo berharap museum menjadi bahan belajar. Menurut beliau, museum tak hanya menyajikan fakta-fakta pendidikan masa lalu dan masa kini, tapi juga fikiran –fikiran dan ide ke depan. 

Saya sangat mengapresiasi langkah UPI untuk membangun museum pendidikan ini. Perlu diingat bahwa bangsa yang punya peradaban tinggi adalah bangsa yang menghargai betul segala sesuatu yang telah dibangun generasi sebelumnya. Salah satu bentuk penghargaan tersebut adalah adanya museum yang memuat koleksi-koleksi generasi sebelumnya, sebagai pembelajaraan untuk generasi mendatang.  Sebaliknya, bangsa yang menghancurkan peninggalan generasi sebelumnya, tentu dinilai sebagai bangsa yang tidak beradab.

Keberadaan museum dapat dicari kontekstualisasinya untuk ditarik menjadi tiga zona yakni zona masa lalu, kekinian, dan zona kenantian. Jika museum hanya sebatas masa lalu saja, tentu tak punya makna. Jika mampu menampilkan zona kekinian dan kenantian, maka akan luar biasa. 

Saya sempat diajak Pak Rektor dan Bu Erlina, beserta sejumlah jajaran dosen, karyawan, dan mahasiswa UPI  berkeliling museum. Bu Erlina menerangkan, bangunan musem Pendidikan UPI ini terdiri dari 5 lantai, termasuk basement.  Setiap lantai memiliki kekhasan dalam deain leveling lantai. Penggunaan split leve pada setiap sayap banguan memberikan kemudahan bagi pengunung untuk menjelajah setiap koleksi museum dan melalu perjalanan sejarah pendirikan, tanpa merasa lelah hingga ke leel bangunan yang tertinggi.

Artefak, replika, dan dokumen sejarah dalam bentuk materi serta penjelasan yang dikemas secara digital memberikan kemudahan bagi pengunjung untuk mendalami makna konten yang disajikan.

Museum ini juga mewadahi kebutuhan kaum difabel. Hal ini  menjadi misi utama bagunan. Selasar untuk menjelajah seluruh lantai mseum dilengkapi ramp bagi pengguna kursi roda, sehingga dapat dengan mudah mengikuti alur sejarah yang disajikan.

Ada banyak koleksi langka yang bisa dilihat di museum ini. Bu Erlina menerangkan, dia dan rekan-rekannya sering beburu barang koleksi hingga ke pasar loak. Banyak koleksinya yang tergolong langka. Karena itu, saya sepakat jika Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kota Bandung memsukan musem ini sebagai salah satu tujuan wisata. Anak-anak kita akan banyak dapat memetik manfaat dari museum ini. Ada sejumlah fasilitas multimedia di dalam musem ini yang saya kira dapat menarik generasi muda untuk datang dalam museum pendidikan nasional ini.

Di museum ini kita juga bisa melihat memorabilia mauun kebijakan pendidikan mulai dari Menteri Pendidikan Indonesia yang pertama, Bapak Ki Hajar Dewantara hingga Mendikbud saat ini Kepada pihak museum saya menyerahkan sejumlah foto dan buku-buku yang mendokumentasikan kegiatan dan kebiajakan selama saya mendapat amanah menjadi Menteri Perindidikan dan Kebudayaan periode 2009-20014.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun