Mohon tunggu...
Mohammad Masykuri
Mohammad Masykuri Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Peminat di bidang Kimia dan Pendidikan Kimia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perlunya Pemanfaatan Riset unuk Penguatan Pembelajaran

1 Januari 2025   07:01 Diperbarui: 1 Januari 2025   05:13 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof. Dr. Hartono, dr., M.Si. kembali kukuhkan Guru Besar baru dalam Sidang Terbuka Senat Akademik UNS, Selasa (17/12/2024) di Auditorium G.P.H. Haryo Mataram UNS. Dalam kesempatan tersebut, Prof. Dr. Mohammad Masykuri, M.Si. dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Kimia Fisika Material pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS. Pria kelahiran Kudus, 24 November 1968 ini menjadi Guru Besar UNS dengan pidato berjudul "Riset Polyurethane Berbasis Bahan Alam untuk Pengembangan Pembelajaran dan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila". Pidato tersebut disampaikan saat Sidang Terbuka Senat Akademik di Auditorium G.P.H. Haryo Mataram UNS.

Prof. Masykuri adalah Dosen pada Program Studi S2 Pendidikan Sains FKIP UNS dan beliau menjabat sebagai Ketua Program Studi S2 Ilmu Lingkungan Sekolah Pascasarjana UNS.

Dalam pidato pengukuhan Guru Besar, Prof. Masykuri menyampaikan risetnya tentang polyurethane berbasis bahan alam, aplikasi untuk industri dan lingkungan, serta kemanfaatan untuk pengembangan pembelajaran dan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Riset tentang polyurethane berbasis bahan alam memiliki potensi besar dalam mendukung pembelajaran berbasis projek dan penguatan Profil Pelajar Pancasila di sekolah.

"Pengembangan material ramah lingkungan dapat menjadi media pembelajaran yang relevan, terutama pada mata pelajaran IPA, untuk mengajarkan siswa tentang inovasi teknologi dan keberlanjutan lingkungan," terang Prof. Masykuri.

Dalam proses penelitian dan implementasi dapat melibatkan siswa dalam eksplorasi konsep-konsep ilmiah, seperti halnya polimer, reaksi kimia dan sifat material serta mengembangkan keterampilan kolaborasi, berpikir kritis, dan kreativitas. Dalam konteks lain, kebermanfaatan produk polyurethane bisa dikembangkan juga dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di sekolah. Pendekatan tema yang dapat dipilih yaitu tema Gaya Hidup Berkelanjutan, Kearifan Lokal, atau Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.

"Melalui projek ini, nilai-nilai Pancasila seperti gotong royong, kemandirian, dan kepedulian terhadap lingkungan dapat terinternalisasi, menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga berkarakter kuat dan peduli terhadap pembangunan berkelanjutan," imbuh Prof. Masykuri.

Salah satu contoh projek yang telah dilakukan di sekolah adalah pembuatan busa ramah lingkungan untuk aplikasi sederhana, seperti isolasi termal atau bantalan tempat duduk. Dalam projek ini, siswa diajak untuk memanfaatkan minyak dari sumber alami, seperti kelapa sawit atau jarak, kemudian memprosesnya menjadi polyurethane melalui reaksi kimia yang menarik dan mudah dilakukan. Siswa dapat bekerja dalam kelompok untuk merancang, membuat, dan menguji produk yang dihasilkan, sekaligus mengevaluasi keberlanjutannya dari segi ekonomi dan lingkungan. Kegiatan ini tidak hanya mengasah keterampilan sains dan teknologi, tetapi juga menanamkan nilai-nilai gotong royong, tanggung jawab, dan inovasi yang selaras dengan semangat Profil Pelajar Pancasila.

"Hasil dari projek ini dapat dipamerkan dalam kegiatan gelar karya sekolah, seperti pameran sains atau bazar lingkungan, sehingga menumbuhkan kebanggaan akan karya inovatif yang berkontribusi pada keberlanjutan," tambahnya.

Riset polyurethane berbasis bahan alam juga menawarkan peluang besar untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran berbasis projek di sekolah. Polyurethane yang terbuat dari sumber daya terbarukan, seperti minyak nabati atau limbah organik, dapat digunakan untuk mengajarkan siswa tentang pentingnya inovasi ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Konsep ini relevan dalam pembelajaran IPA, di mana siswa dapat mempelajari reaksi kimia, sifat material, dan teknologi berkelanjutan.

"Selain memberikan pemahaman ilmiah, projek ini juga mendukung penguatan nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila, seperti kemandirian, kreativitas, dan kepedulian terhadap lingkungan dan yang penting dalam membangun karakter siswa sebagai generasi penerus bangsa yang tangguh," pungkas Prof. Masykuri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun