Mohon tunggu...
Mohammad Iwan
Mohammad Iwan Mohon Tunggu... Buruh - Pelajar Seumur Hidup

Untuk tetap selo, menyeruput kopi pahit dua kali sehari adalah kunci

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tut Wuri Handayani, Mengingat Lagi Pesan Ki Hadjar

2 Mei 2017   20:19 Diperbarui: 2 Mei 2017   20:36 1130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi : bintang.com"][/caption]

Apa yang terlintas di pikiran kamu saat mendengar atau membaca kalimat Tut Wuri Handayani? Apa? Dasi sekolah? Lho, kok sama?

Sejak Sekolah Dasar, guru PSPB (generasi yang lahir di era milenium pasti tak mengenal mata pelajaran ini) sudah mengajarkan bahwa Tut Wuri Handayani adalah sebuah petikan kalimat dari salah seorang guru bangsa, Bapak Pendidikan Nasional, Raden Mas Soewardi, atau yang lebih dikenal dengan nama Ki Hadjar Dewantara. Hari ini, bertepatan dengan tanggal kelahirannya yang dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional, saya ingin kita kembali mengingat mutiara pesan-pesannya itu.

Yang saya tahu sejak Sekolah Dasar, istilah Tut Wuri Handayani ini tidak berdiri sendiri, ada dua kalimat yang mengawalinya.

Yang pertama, Ing Ngarso Sung Tulodho yang berarti di depan memberi contoh atau tauladan. Yang kedua, Ing Madya Mangunkarso yang berarti di tengah membangun keseimbangan, keselarasan.

Baru yang terakhir, yang menjadi semboyan sekaligus ditahbiskan sebagai salah satu unsur dalam lambang pendidikan oleh Mendikbud di era Orde Baru, Tut Wuri Handayani yang berarti di belakang memberi dorongan atau sokongan atau dukungan.

Belakangan, setelah membaca sebuah buku karya penulis muda asal Yogyakarta, Haidar Musyafa, yang berjudul Ki Hadjar Sebuah Memoar, saya jadi mengetahui kapan kalimat-kalimat luar biasa itu tercetus.

Di tengah kondisi kesehatan yang kian menurun di usia tuanya, Ki Hadjar sempat menulis sebuah brosur yang diberi judul Demokrasi dan Kepemimpinan. Dalam brosur tersebut, Ki Hadjar mendefiniskan makna demokrasi dan kepemimpinan. Dan lahirlah tiga prinsip kepemimpinan yang ia dasarkan pada tiga hal; Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangunkarso Tut Wuri Handayani.

Kesimpulan dari tiga prinsip dasar kepemimpinan itu kurang lebih memberi makna bahwa, "seorang pemimpin sejatinya adalah orang yang mampu memberi teladan kepada bawahannya, mampu bekerjasama dengan bawahannya dan berjiwa egaliter, dan memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk maju dan berkembang."

Artinya, keberhasilan seorang pemimpin akan terlihat dari peri hidupnya yang dapat memberi inspirasi bagi orang-orang yang dipimpinnya, dari caranya memperlakukan orang-orang yang dipimpinnya, dan dari kesejahteraan dan kemandirian orang-orang yang dipimpinnya.

Omong kosong jika seorang pemimpin berteriak kepada orang-orang yang dipimpinnya untuk hidup sederhana, sementara sang pemimpin duduk jumawa di atas singgasana dan menikmati segala kemewahan hidupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun