Mohon tunggu...
Mohammad Iwan
Mohammad Iwan Mohon Tunggu... Buruh - Pelajar Seumur Hidup

Untuk tetap selo, menyeruput kopi pahit dua kali sehari adalah kunci

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Romantika Pungli dan Seni Bernegosiasi

26 Oktober 2016   13:19 Diperbarui: 10 November 2016   14:16 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lagu om Iwan itu ditulis sudah lebih dari dua puluh tahun, dan wajah per-pungli-an hari ini ternyata belum juga berubah. Gak seperti wajah-wajah kita yang visioner, wajah yang melampaui zaman alias cepet tua.

Ternyata bukan cuma Om Iwan Fals yang pernah jadi korban pungli, beberapa waktu lalu Kapolda Sumsel Irjen Pol Djoko Prastowo pun kena tilang dan nyaris di-pungli anak buahnya sendiri (boleh kan saya ketawa sebentar? haha). Usut punya usut, gak taunya Sang Kapolda memang sengaja menyamar untuk mengetahui praktik Pungli di kesatuannya.

Saya mau cerita. Dulu, saat Sim saya masih yang lama, belum diperpanjang gak terhitung jumlah lubang bekas steples Pak Polantas yang luar biasa gedenya itu. Pak Polantas saat menangkap saya jika kedapatan melanggar, suka iseng menerawang Sim saya, sejurus kemudian geleng-geleng. Saya cuma nyengir. Biasanya berujung dengan ditukarnya Sim saya dengan sehelai kertas berwarna merah. Hah? Kupon doorprize? Surat tilang, paul!

Sangking seringnya kena tilang saya sampai hapal alamat pengadilan negeri di Jakarta, hebat kan? Coba kalo sengaja menghapal untuk menjawab soal ulangan di sekolah misalnya, dijamin saya bakal begadang untuk bisa menghapal 5 lokasi pengadilan negeri di Jakarta, itu pun harus dibantu contekan yang ditulis di telapak tangan.

Sekarang sih alhamdulillah, sim saya udah baru, udah diperpanjang, dan udah berlubang juga.

Ngomongin pungli, saya yang pantang negosiasi -bukan saya anti suap tapi emang duit cekak- pernah dicegat Petugas di perempatan Pasar Rebo Jakarta Timur gegara -gak sengaja- menerobos lampu merah. Beneran saya gak sengaja, waktu itu saya lihat lampu masih kuning. Di depan saya lihat ada seseorang berpostur tinggi besar dan berseragam menghadapkan telapak tangan ke arah saya, tangan satunya pegang pentungan. Saya nyerah.

Setelah menyapa, Petugas menanyakan dan meminta kelengkapan surat-surat saya. Saya kasih. Terus saya disuruh menunggu di Pos Pol. Beberapa kejap kemudian Petugas itu menghampiri,"gimana nih mas mo ditilang apa mau titip?"

(jiaah nitip.. emang kondangan nitip)

"tilang aja Pak!" tantang saya.

"Beneran? ribet lho ngurusnya." sarannya.

"Gak papa Pak, saya gak ada duit buat nitip" jawab saya selow, dah biasa cooy.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun