Nilai ekspor karet remah ke negara tersebut mencapai US$ 589,6 juta dengan volume 439,3 ribu ton pada tahun 2020. Negara Jepang berada di posisi kedua dengan nilai ekspor karet remah yaitu mencapai US$ 514,1 juta pada tahun lalu.Â
Setelahnya ada negara China dan India dengan nilai ekspor karet remah masing-masing mencapai US$ 378,7 dan US$ 230,7 Juta. Ekspor karet remah dari Indonesia ke Korea Selatan yaitu mencapai US$ 189,5 juta.Â
Sementara, nilai ekspor karet remah ke Brazil mencapai US$ 80,2 juta. Sebagai informasi, karet remah merupakan karet alam yang diolah melalui tahap khusus sehingga mutunya terjamin secara teknis dan kualitas. Pemerintah dan pelaku industri karet menargetkan ekspor karet dan barang dari bahan karet mencapai US$ 6,3- 7,3 miliar pada tahun 2021 (BPS, 2021).
Tanaman karet banyak diperjualbelikan karena kebutuhannya yang sangat banyak dan terus meningkat setiap tahunnya. Permintaan akan karet alam yang terus meningkat tersebut membuat negara-negara penghasil karet alami berusaha untuk meningkatkan produksi karet alamnya terus- menerus (Wahyudy, 2018).Â
Hasil perkebunan karet Indonesia banyak diekspor ke negara lain yang membutuhkan, posisi pertama negara yang menjadi tujuan ekspor karet alam tertinggi Indonesia adalah Amerika Serikat dengan nilai persentase share ekspor ke negara tersebut sebesar 21% dari total seluruh ekspor karet alam Indonesia ke dunia.Â
Negara kedua pengekspor karet Indonesia adalah Jepang sebesar 18% serta Uni Eropa pada posisi ketiga dengan persentase sebesar 15% (Meliany, 2022).Â
Dengan banyaknya permintaan akan karet alami yang tinggi dari negara- negara tersebut, maka peluang ekspor karet Indonesia masih sangat tinggi. Karet dari Indonesia kebanyakan masih didominasi oleh ekspor ke negara maju dan bukan dari negara berkembang, hal ini berkaitan dengan keadaan suatu negara dalam perekonomiannya.Â
Keadaan negara kecil lainnya yang belum dapat berkontribusi dalam itensitas ekspor karet Indonesia adalah persoalan internal negara seperti kemiskinan, perekonomian yang belum kuat dan lain-lainnya.Â
Menurut Nashir et al. (2021) menyatakan bahwa terdapat persoalan-persoalan lain yang terjadi di negara kecil seperti perang dagang antara Negara Tiongkok dengan Amerika Serikat, kondisi geopolitik Jepang dan Korea Selatan, krisis ekonomi global, serta hambatan perdagangan.Â
Oleh karena itu, kementerian perdagangan terus mencari peluang pasar baru dalam memasarkan karet alam domestik ke   internasional  dengan melakukan sosialisasi lanjutan ke beberapa negara (Kemendag, 2013).Â
Pada periode 2016-2020 neraca perdagangan karet alam Indonesia surplus, namun nilai ekspor karet alam Indonesia ke dunia menunjukkan tren yang cenderung menurun. Hal ini diakibatkan oleh ketergantungan ekspor yang tinggi terhadap pasar atau negara tertentu, perang dagang antara negara, kondisi geopolitik, krisis ekonomi global, serta hambatan perdagangan dalam bentuk non-tarif.