Film bersuara ( maksudnya bukan lagi film bisu ) pertama produksi Indonesia ternyata sudah dibuat tahun 1931 sejak masih zaman penjajahan Belanda. Judulnya Boenga Roos dari Tjikembang. Disutradarai oleh The Teng Chun, yang juga merangkap sebagai juru kamera dan produser. Diangkat dari karya tulis Kwee Tek Hoay yang telah dimuat secara bersambung di majalah Panorama sejak tahun 1927. Boenga Roos dari Tjikembang adalah sebuah film drama romantis plus konflik yang berkisah tentang asmara antar etnis ( Tionghoa dan pribumi ).
Diceritakan seorang pemuda pegawai perkebunan bernama Oh Ay Cheng terpaksa memutus cintanya dengan gadis kekasihnya Marsiti demi mematuhi keinginan ayahnya untuk menikah dengan Guwat Nio, puteri pemilik perkebunan. Marsiti sendiri rela menerima kenyataan itu. Belakangan ayah Guwat Nio buka rahasia bahwa Marsiti tak lain dan tak bukan  adalah anaknya sendiri dari wanita "gelap"nya.Â
Dari perkawinan Oh Ay Cheng dengan Guwat Nio lahirlah Hoey Eng yang tumbuh dewasa jadi gadis cantik dan kelak menghadapi konflik asmara lagi dengan lelaki calon suaminya. Dan seterusnya bla bla bla ...
Konon film Boenga Roos dari Tjikembang disambut positif oleh masyarakat pencinta film yang ditarget, yakni etnis Tionghoa.
)( )( )(
Pada awal dekade tahun 1930-an , film dengan teknologi bersuara sudah menjadi tren global, meski pun film bisu tetap masih dibuat.Â
Film bersuara adalah film dengan teknologi suara yang tersinkronisasi, yakni suara yang dicocokkan dengan gambar. Dan jangan langsung membayangkan sama dengan teknologi film zaman sekarang. Caranya adalah dengan memutar rekaman suara para artis film yang bersangkutan di belakang layar yang menirukan dialog dalam film. Demikian pula untuk menciptakan efek suara pada film, biasanya diputarlah rekaman musik instrumen  piano.
)( )( )(
Sebagai karya perdana film bersuara  , Boenga Roos dari Tjikembang saat itu wajar mendapat kritik dari Andjar Asmara, seorang wartawan dan penulis naskah sandiwara, karena pembuatan teknologi suara yang menurutnya masih buruk.
O ya, film Boenga Roos dari Tjikembang pernah di-remake tahun 1975 oleh pasangan sutradara Fred Young dan Rempo Urip dengan judul  Bunga Roos dari Cikembang yang dibintangi oleh Yatie Octavia, Awang Darmawan, Deby Cynthia Dewi, Tuty Permanasari, Wendarto SA, Kusno Sudjarwadi, Chitra Dewi, S. Poniman.
Ceritanya sama dengan Boenga Roos dari Tjikembang. Hanya sedikit perubahan, antara lain nama-nama tokoh seperti Oh Ay Cheng menjadi Wiranata dan Guwat Nio menjadi Salmah. Yang jelas berubah jauh tentu saja teknologi suaranya yang sudah menggunakan teknologi film tahun 1970-an.