Dalam Festivaal Film Indonesia (FFI) 2006 di Jakarta, film Ekskul garapan sutradara Nayato Fio Nuala berhasil meraih sekaligus 4 Piala Citra, yakni dalam kategori Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Penata Suara Terbaik dan Editor Terbaik.
Sebuah film yang berhasil merebut 4 penghargaan sekaligus dalam sebuah festival sejatinya tentu merupakan hasil kerja gemilang . Lalu apa masalahnya ?
Segera setelah hasil penjurian FFI 2006 diumumkan tanggal 21 Desember 2006 di Jakarta Convention Center, sejumlah sineas muda kondang berprestasi, melakukan aksi protes atas dinobatkannya film Ekskul sebagai film terbaik, karena film tersebut dianggap telah melakukan pelanggaran hak cipta dalam ilustrasi musiknya.
Mereka antara lain Mira Lesmana, Dian Sastro, Nicolas Saputra, Riri Riza, Nia Dinata, Hanung Bramantyo dan Rudi Sujarwo menamakan komunitasnya Masyarakat Film Indonesia ( MFI ). Aksi tersebut juga didukung oleh aktor dan sutradara senior Deddy Mizwar. Mereka menuntut agar Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata mencabut Piala Citra dari film Ekskul.
Film tersebut dianggap tidak layak menang karena melanggar hak cipta dalam menggunakan ilustrasi musik dari film Hollywood berjudul Gladiator dan Munich. Penata Musik film Ekskul adalah Eric Dewantoro ( yang konon langsung menghilang setelah protes MFI muncul ).
Hal ini membuat para sineas muda yang bergabung dalam MFI menolak keras keputusan Dewan Juri FFI 2006 atas film Ekskul. Tidak main-main, mereka mengumpulkan seluruh Piala Citra yang mereka raih sampai dengan tahun 2005 untuk diserahkan kembali ke Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata sebagai bukti protes keras.
Menyikapi protes MFI, Shanker Ramchand pemilik Indika Entertainment selaku produser film Ekskul mengatakan, protes tersebut bisa menyakiti hati para Juri FFI 2006 yang nota bene adalah para sineas senior yang telah menggiati film rata-rata lebih dari tiga puluh tahun.
Tim Dewan Juri FFI 2006 terdiri dari Rima Melati, WS Rendra, Chaerul Umam, Remy Silado, Embi C. Noer, Deddy D. Iskandar dan Noorca M. Massardi ( ketua ).
“Tidak ada satu pun karya kesenian di dunia yang murni orisinil. Artinya, sebuah karya tak mungkin lahir mandiri tanpa pengaruh karya lain,” demikian argumentasi Remy Silado membela diri.
Baik Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata mau pun Dewan Juri FFI 2006 sama-sama bersikap tidak mau membatalkan keputusan yang telah diambil. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik hanya mempersilahkan pihak yang tidak puas untuk menempuh jalur hukum.
Sementara Ketua Dewan Juri FFI 2006 Noorca M. Massardi mengatakan tidak ingin dan tidak akan mengubah keputusan yang telah diambil oleh dewan juri. Keputusan tersebut sudah final dan tidak bisa diganggu gugat. Film Ekskul dipilih karena memang terbaik dari 10 film yang dinilai di tahap akhir.