Mohon tunggu...
Mohammad Hilmi
Mohammad Hilmi Mohon Tunggu... Lainnya - Rakyat Indonesia

Hewan berakal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Ngelayat" ke Kediaman Eril

12 Juni 2022   23:54 Diperbarui: 12 Juni 2022   23:56 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jagat Maya akhir-akhir ini diramaikan dengan kabar bahagia sekaligus duka, dimana jenazah dari Eril putra sulung dari Gubernur Jawa Barat yakni Ridwan Kamil ditemukan di bendungan Engehalde Swiss setelah empat belas hari pencarian. Seperti sama-sama kita tahu almarhum Emmeril Kahn Mumtadz tenggelam ketika berenang bersama adik dan temannya di sungai Aare kota Bern Swiss. 

Jenazah tiba di kediaman disambut dengan isak tangis keluarga besar, mereka semua pasti merasa sangat kehilangan, selain keluarga besar banyak dari beberapa orang Indonesia yang juga turut bersedih atas berpulangnya pria 22 tahun ini. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya cuitan atau postingan di akun sosial media yang mengucapkan bela sungkawa dan turut berdukacita atas meninggalnya Eril, selain di sosial media di kediaman keluarga Eril pun juga banyak karangan bunga ataupun bucket-bucket dari orang-orang yang juga turut merasa kehilangan sosok pria yang tangguh ini.

Dalam tradisi yang berjalan di Indonesia, bila ada seorang yang meninggal dunia maka tetangga atau rekan dari jenazah maupun dari keluarga pasti bertakziah (ngelayat:Jawa) kepada yang ditinggalkan. Seperti ada yang biasanya mengirimkan karangan bunga ataupun bucket-bucket Bunya sebagai bentuk bela sungkawa. Namun, di tempat tinggal penulis sendiri hal ini jarang ditemukan. Biasanya tradisi "ngelayat" sendiri identik dengan tetangga-tetangga yang membawa beras (tidak ada takaran pastinya) untuk diberikan kepada keluarga yang berduka.

Takziah atau Ngelayat sendiri selain ditujukan untuk mengungkapkan rasa bela sungkawa, juga dengan tujuan memberi hiburan atau semangat kepada orang yang mendapatkan musibah atau ditinggalkan oleh salah satu anggota keluarganya. Dalam hukumnya, Ngelayat ini Sunnah sebelum atau sesudah jenazah dimakamkan hingga tiga hari setelah dimakamkan jika yang men-takziahi dan yang di-takziahi sama-sama ada dan jika jenazah belum datang maka masa waktu takziah bertambah sampai datangnya jenazah.

Yang pasti di setiap wilayah mempunyai tradisi masing-masing dalam mengungkapkan rasa berbela sungkawa kepada orang yang tertimpa musibah dan yang perlu diingat bahwa semua manusia pasti akan menjemput ajalnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun