Pandangan Al-Albani sering kali menimbulkan beberapa perdebatan. Ia dikenal sebagai pendukung utama gerakan salafiyah, yang berupaya mengembalikan ajaran Islam kepada pemahaman dan praktik generasi salaf (tiga generasi pertama umat Islam). Gerakan ini menekankan pentingnya mengikuti Al-Quran dan Sunnah dengan pemahaman yang murni, tanpa tambahan atau perubahan dari tradisi yang berkembang kemudian.
Al-Albani sering mengkritisi praktik-praktik keagamaan yang ia anggap tidak berdasarkan hadits sahih. Contohnya, ia menentang banyak ritual dan tradisi yang berkembang dalam tarekat sufi, ziarah kubur yang berlebihan, dan perayaan-perayaan tertentu yang tidak memiliki dasar dalam Sunnah. Pandangannya ini sering kali menimbulkan perdebatan di kalangan ulama dan masyarakat Muslim.
Namun, meskipun kontroversial, dedikasinya dalam memurnikan ajaran Islam dari hadits-hadits lemah dihormati oleh banyak pihak. Banyak ulama dan peneliti hadits yang menggunakan karya-karyanya sebagai rujukan penting dalam studi mereka.
Pengaruh dan Warisan
Pengaruh Syaikh al-Albani dalam studi hadits sangat besar. Metodologinya dalam mengkritisi hadits menjadi rujukan penting bagi banyak ulama dan peneliti. Beberapa muridnya yang terkenal antara lain:
- Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin: Ulama besar Saudi yang banyak dipengaruhi oleh metodologi hadits Al-Albani.
- Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wadi’i: Pendiri pusat studi hadits di Yaman.
- Syaikh Muhammad Jamil Zainu: Penulis dan da’i yang banyak menyebarkan ajaran Al-Albani.
Al-Albani juga memainkan peran penting dalam gerakan salafiyah, yang berupaya mengembalikan ajaran Islam kepada pemahaman dan praktik generasi salaf. Pandangannya yang ketat dalam mengikuti hadits sahih mendorong banyak Muslim untuk lebih kritis dan selektif dalam menerima hadits.
Karya-karya Al-Albani terus dipelajari dan dihargai oleh para ulama dan peneliti hadits di seluruh dunia, menjadikannya salah satu figur paling berpengaruh dalam studi hadits modern. Beberapa institusi pendidikan dan penelitian hadits juga didirikan untuk melanjutkan metodologi dan pendekatan kritis yang ia kembangkan.
Akhir Hidup
Syaikh Muhammad Nasiruddin al-Albani menghabiskan tahun-tahun terakhir hidupnya di Yordania, di mana ia terus menulis dan mengajar hingga wafat pada tanggal 2 Oktober 1999. Meskipun kesehatannya menurun, semangatnya dalam mengajar dan menulis tidak pernah pudar. Banyak murid dan pengikutnya yang datang untuk mengambil ilmu darinya hingga akhir hayatnya.
Al-Albani dimakamkan di Amman, Yordania, dan pemakamannya dihadiri oleh banyak ulama, murid, dan pengagumnya dari berbagai penjuru dunia. Warisan intelektualnya tetap hidup melalui karya-karya dan murid-muridnya yang terus menyebarkan ilmu hadits dengan pendekatan yang kritis dan ilmiah.
Syaikh Muhammad Nasiruddin al-Albani adalah salah satu ulama hadits paling berpengaruh pada abad ke-20. Dedikasinya dalam mempelajari, mengkritisi, dan memverifikasi hadits membuatnya mendapatkan tempat yang istimewa dalam sejarah ilmu hadits. Meskipun pandangannya sering kali kontroversial, kontribusinya dalam membersihkan ajaran Islam dari hadits-hadits lemah sangat dihargai. Warisannya terus hidup melalui karya-karya dan murid-muridnya, menjadikannya salah satu figur paling penting dalam studi hadits modern.