Saya yang pernah/hampir/sedang/akan menjadi Tokoh Utama dalam tulisan ini.
Bersorak seorang manusia kepada langit beserta isinya sembari menengadahkan kepala 3 bulan setelah memanjakan diri pasca di-Wisuda oleh Pimpinan Fakultasnya berbarengan dengan Ratusan Wisudawan/ti lainnya "Wahai Penguasa langit dan bumi mengapa Engkau jadikan nasibku seperti ini?"
Namun hingga detik ini tetap tak ada yang menarik dari hidupnya (menurut diri dia sendiri) dan sipemilik sorak tersebut tetap menganggap dirinya adalah seorang Sarjana Hukum yang masih sepele diantara teman-teman sebayanya.
Meski hal ini sangat tidak penting untuk dijelaskan namun engkau wajib menyadari bahwa dirimu bukanlah manusia yang seperti dikatakan oleh motivator-motivator dari tingkat lokal hingga dunia yakni "kau adalah istimewa sebab setiap manusia yang ada dimuka bumi ini lahir teruntuk menjadi istimewa".Â
Kubantah logika berpikir ini sembari berbisik "kau jangan terlalu pragmatis melihat dunia". Kenapa begitu? Karena jika setiap Manusia itu lahir untuk menjadi Istimewa "Lantas sesungguhnya siapa yang Istimewa diatas Bumi ini?"
Jika kita bertanya, siapa yang Istimewa di bumi ini? Maka dengan sederhana aku menjawab ialah manusia-manusia yang tidak meminta pertanggungjawaban Penguasa Semesta kepadanya atas apa yang telah dialami sekarang, dalam Agamaku (lain menyesuaikan) manusia bertugas bahkan berkewajiban meminta hanya kepada Tuhan.
Dan meminta/berharap saja sedikit kepada selain Tuhan itu sudah termasuk dalam golongan Dosa Besar, artinya kita hidup bukan untuk menuntut Tuhan memberikan apa yang telah dijanjikan-Nya. Didalam Kitab yang kupercayai serta mutlak kebenarannya yakni Al-Quran didalam Q.S. 13 [11] Allah Azza wa Jalla Berfirman;
"Baginya (manusia) ada malaikat- yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia."
Yang harus menjadi perhatian dari Surah diatas ialah, bahwa keistimewaan diri bukanlah semata-mata didapat karena kepercayaan garis tangan dan sejenisnya namun melainkan Usaha, Kerja Keras, Konsistensi, serta yang terutama Doa itulah hal-hal yang dapat menghantarkan kita kepada jenjang Keistimewaan.
Saya bangga menjadi Seorang/Kandidat Sarjana Hukum.
Lalu mengapa aku merasa tertegun melihat teman-teman sebayaku lebih dulu merasakan nikmatnya sibuk dibandingkan diri ini yang masih merasa menjadi "Manusia yang tak Berguna" di setiap bangun dari ranjang tempat tidurku.Â