Mohon tunggu...
Mohammad Arkham Zulqirom Putra
Mohammad Arkham Zulqirom Putra Mohon Tunggu... Buruh - Saya bekerja sebagai Tenaga Harian Lepas di Dinas Sosial Kab. Tegal

Nama panggilan Arom, manusia biasa.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Nama Bencana Sekarang Aneh-Aneh, Lebih Bahaya atau Bagaimana?

24 Mei 2023   01:43 Diperbarui: 24 Mei 2023   01:46 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pribadi/ Mohammad Arkham Zulqirom Putra

El Nino - La Nina

La Nina adalah bagian dari fenomena iklim yang disebut sebagai sistem El Nino Southern Oscillation (ENSO). El Nino dan La Nina menyebabkan situasi yang berlawanan, dan keduanya berperan signifikan mengubah cuaca di seluruh dunia.

Selama beberapa tahun terakhir, dunia mengalami periode La Nina berturut-turut, yang menurunkan suhu dan menyebabkan hujan lebat di Kanada dan Australia. 

Siklon Tropis Herman 

Siklon Herman merupakan badai dengan kekuatan besar yang radiusnya rata-rata bisa mencapai 150 hingga 200km. Siklon tropis ini terbentuk di atas lautan yang biasanya memiliki permukaan air dengan suhu hangat lebih dari 26 derajat. Kecepatan anginnya lebih dari 63km/jam. Dalam cuitannya, Erma mengatakan siklon semacam ini sangat mengerikan dampaknya. Siklon ini sempat viral beberapa waktu lalu di media sosial twitter yang diangkat oleh Dr. Erma Yulihastin (@EYulihastin). Untungnya resiko terjadinya siklon ini tidak jadi melanda kawasan Indonesia. 

Ternyata, istilah-istilah tersebut selain baru juga fenomenanya terbilang baru di Indonesia. Bumi kita sedang mengalami pemanasan global yang menyebabkan perubahan iklim yang signifikan. Kejadian cuaca ektrim yang menyebabkan bencana dikarenakan oleh kondisi bumi yang sedang tidak sehat.

Deforestasi, emisi gas rumah kaca, polusi, dan sebagainya menjadi faktor penting terhadap pemanasan global yang melanda. Sekarang, kita semua pasti sedang mengalami rasa gerah yang berlebih bukan? Suhu panas tersebut juga diakibatkan oleh pemanasan global. Bahkan, di Eropa dan Asia Selatan seperti India terjadi fenomena Heat Waves atau gelombang panas. Tercatat suhu di sana bisa mencapai 51 derajat celsius! Cukup mengerikan. Untungnya Indonesia kemungkinan terdampak gelombang panas ini sangat sedikit karena karakteristik negara Indonesia sebagai negara arsipelago atau kepulauan.

Namun, kita harus tetap alert terhadap resiko bencana yang terjadi saat ini mengingat kondisi sekarang sudah diperparah oleh berbagai macam isu lingkungan yang ada. Sudah sering kita dengar tentang mitigasi atau pencegahan bencana, tanggap bencana, dan pasca bencana. Dalam mempersiapkan diri menghadapi bencana yang suatu saat bisa terjadi kapan saja, kita memerlukan tiga langkah tersebut guna mengurangi resiko atau kerugian yang bisa ditimbulkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun