Mohon tunggu...
Mohammad Arkham Zulqirom Putra
Mohammad Arkham Zulqirom Putra Mohon Tunggu... Buruh - Saya bekerja sebagai Tenaga Harian Lepas di Dinas Sosial Kab. Tegal

Nama panggilan Arom, manusia biasa.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Krisis Seperempat Baya Ditambah Bukan Anak Sultan

15 April 2023   05:15 Diperbarui: 15 April 2023   05:15 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin menginjak usia 20 tahunan menjadi momen awal yang menyenangkan bagi sebagian orang, merasa sudah bukan lagi anak kecil yang selalu diatur, sudah mulai kerja sambilan untuk membeli keinginan, sudah diajak pertemuan warga menggantikan bapak. Pulang malam karena bermain dengan teman bukan lagi hal yang tabu, karena dianggap sudah bisa menjaga diri.

Saat kecil, segala sesuatu ditunjang orang tua, makan, baju, sekolah, jajan, dan lain sebagainya. Namun, konsekuensinya segala sesuatu harus berada dibawah aturan dan pengawasan orang tua. Memang menyebalkan bagi setiap anak yang sudah mulai tumbuh remaja masih diatur ini itu oleh orang tua. Maka dari itu, setelah menginjak usia dua puluh tahunan menjadi momen yang menyenangkan.

Tapi, ternyata sensasi "kebebasan" tidak bertahan lama. Setelah lulus kuliah misalnya, mulai bingung untuk mencari kerja, kompetensi apa yang dimiliki  untuk bekerja, apakah bisa beradaptasi di lingkungan kerja atau malah tidak bisa apa-apa. Sudah mulai memasuki fase dimana meminta uang dari orang tua untuk membeli paket data rasanya seperti mengemis, tapi tetap dilakukan karena uang yang dihasilkan dari kerja seadanya  sering habis untuk lainnya.

Lalu, saat melihat teman seangkatan sudah mulai dapat kerja yang tetap, sudah menikah, atau malah sudah punya anak dan tinggal di rumah sendiri itu memberikan sensasi rasa lemah terhadap diri sendiri. Merasa orang lain mudah dalam hidupnya, merasa orang lain menjalani fase yang normalnya orang lain lalui tahap dalam tahap dengan lancar dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Menghadapi fase ini, banyak yang menjadi apatis, emosional, dan lebih banyak diam. Kadang juga melampiaskan rasa kecewa pada diri sendiri dengan menutup diri, atau melakukan kegiatan yang membuang-buang waktu, mencari pelampiasan dan terus dihantui masa depan harus bagaimana.

Susah tidur, malas aktivitas, berdiam diri di kamar, mengurangi atau jarang bersosialisasi dengan sekitar, mungkin beberapa perilaku yang dilakukan dalam "pertahanan diri" menghadapi fase menuju dewasa. Bertanya pada diri sendiri, "mulai darimana dan harus apa?" mungkin menjadi agenda overthinking harian bagi sebagian orang yang menghadapi fase menuju dewasa yang tidak terlalu lancar atau merasa gagal dalam diri sendiri.

Saya sendiri demikian, dengan ombak persaingan dunia kerja yang sangat tidak sehat membuat susah untuk menyesuaikan diri. Mungkin fase umur 20 tahunan atau istilah kerennya quarter life crisis yang dalam bahasa Indonesianya kalo ngga salah krisis seperempat baya.

Kondisi demikian diperparah jika bukan berasal dari keluarga sultan seperti Keluarga Cendana, Sultan Andara, Keluarga Dedy Corbuzier apalagi Bill Gates dan Marc Zuckerberg. Saat saya buka youtube, lihat video tentang kekayaan dari orang-orang sultan tersebut membuat saya menjadi merasa terlalu berimajinasi untuk bisa sekaya mereka dengan usaha kepala miring menghadap layar handphone sampai baru sadar sudah bantalen.

Sebenarnya, yang membuat konten tentang Sultan ataupun kekayaan yang berlimpah banyak digemari masyarakat banyak mungkin karena itu seperti dopping bagi mereka, seperti nikotin yang membuat candu. Apalagi jika yang sedang mengalami situasi quarter life crisis seperti saya akan gandrung mengikuti perkembangan para Sultan ini dan setelahnya overthinking.

Ditambah, masyarakat mulai mengkambing hitamkan privilege keluarga kaya sebagai takdir yang tidak adil. Banyak beredar meme-meme terkait bayi yang sumringah saat tahu bahwa mereka lahir di keluarga Sultan saat berita tentang kelahiran cucu Bill Gates atau anak dari Marc Zuckerberg mulai mencuat. Setelah saya cermati sambil ngopi, para pembuat meme tersebut yang menjadikannya sebagai hiburan tapi sebenarnya protes terhadap takdir diri sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun