Mohon tunggu...
Mohammad Akhsan Zaaky
Mohammad Akhsan Zaaky Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sains

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Teleportasi Mencapai Titik Kritis Antara Fiksi dan Realitas?

5 Desember 2024   08:02 Diperbarui: 5 Desember 2024   08:30 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Carolyn R. Bertozzi, K. Barry Sharpless dan Morten berbagi Penghargaan Nobel 2022 (5/10/2022). 


Teleportasi telah menjadi topik yang menarik dalam dunia ilmu pengetahuan dan fiksi ilmiah selama beberapa dekade terakhir. Banyak yang mengenal teleportasi sebagai konsep fiksi yang biasa ditemui dalam film dan buku-buku fiksi ilmiah, tetapi apakah teleportasi dapat dengan mungkin diwujudkan dalam kehidupan nyata?

Dalam dunia kuantum dimana hukum fisika diabaikan dan realitas tentang konsep ruang dan waktu tidak lagi relevan hal ini dapat terjadi, ketika dua atom dapat memiliki sifat yang sama atau berlawanan tanpa memiliki interaksi diantara keduanya. 

Saat dua atom tersebut dipisahkan oleh jarak, keduanya tetap akan saling terhubung satu sama lain seolah-olah adasinyal yang mengabaikan kecepatan cahaya. Einstein, Podolsky, dan Rosen menyebut fenomena tersebut "Spooky action at a distance" pada papernya yang terbit tahun 1935.

Paper tersebut digunakan untuk menentang hasil konferensi Solvay tahun 1927.Dimana kesimpulan pada konferensi tersebut menyatakan pada tingkat kuantum suatu objek bukan lagi hal yang dapat diukur dengan pasti melainkan hanya suatu hal yang dapat dihitung peluangnya saja. 

Bohr dan beberapa ilmuwan percaya kuantum sebagai objek super posisi dimana kita tidak dapat mengetahui kondisi pada dunia kuantum sampai kita melakukan pengukuran. Hal ini menimbulkan perdebatan antara Einstein dan Bohr hingga menjadi topik hangat dikalangan ilmiah dan filsafat pada waktu itu.

Solvay conference, 1927 
Solvay conference, 1927 

Pada dasarnya, perdebatan Einstein dan Bohr berkisar pada interpretasi konseptual tentang sifat dasar alam semesta yang diungkapkan oleh fisika kuantum. Einstein, seorang pendukung determinisme, tidak puas dengan sifat probabilitas dan nondeterministik yang muncul dalam teori kuantum.

 Ia mengemukakan argumen bahwa realitas itu hanya satu dan sifatnya objektif, menentang dasar-dasar teori kuantum yang mengemukakan bahwa sebagian perilaku partikel subatomik tidak dapat diprediksi dengan pasti, melainkan hanya dengan probabilitas tertentu. Bohr, di sisi lain, adalah salah satu pendiri teori kuantum dan menentang interpretasi deterministik seperti yang diusulkan oleh Einstein. 

Menurut Bohr, prinsip ketidakpastian adalah fitur intrinsik dari alam semesta dan tidak ada cara untuk menghindarinya. Menurutnya, penentuan sifat partikel hanya mungkin melalui pengukuran, dan hasil pengukuran tersebut dapat diprediksi hanya dalam bentuk probabilitas. 

Bohr juga mengusulkan prinsip komplementaritas, yang menyatakan bahwa partikel dapat memiliki sifat gelombang dan partikel secara bersamaan, tetapi hanya dapat diobservasi dalam satu aspek tertentu pada satu waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun