assalamualaikum wr.wb.
saya Mohammad abdillah murtadlo adalah mahasiswa prody Bimbingan dan Konseling Fakultas keguruan dan Ilmu pendidikan, Universitas Darul 'Ulum Jombang.
selain sebagai mahasiswa kesibukan saya lainnya adalah menjadi pegawai/buruh dalam dunia indrustri lebih spesifiknya pabrik yang nergerak dibidang ekspor mebel berbahan baku kayu.
kalau ditanya mengenai kenapa setelah 4 tahun lebih lulus dari bangku SMA baru kuliah? saya pasti akan menjawab: "tidak muda memang menentukan keputusan ini, tapi menurut saya ini adalah keputusan yang paing baik, disamping kwalitas diri saya berkembang dan tentunya memiliki value lebih karena pendidikan saya tidak hanya sampai SMA. disisi lain bagi saya meneruskan dan terus mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap umat nabi muhammad jadi keputusan ini paling kami rasa tepat untuk tantangan saat ini".
penyusunan panduan ini didasarkan pada penyelesaian tugas mata kuliah "praktik konseling cognitif behavior" yang diampuh oleh dosen Dr. Baharudin All habsyi,M.Pd
selain itu dalam penyusunan panduan ini diselesaikan kami ber 4 sebagai kelompok diantaranya saya Mohammad Abdillah Murtadlo, Zakky Abdul Ghofur Zatnika, Mohammad Alfath Firdaus Maulana, dan Irvano Fajar Maulana
A. Pengertian Cognitive restructuring
  Pikiran negatif seringkali menjadi penyebab utama dari emosi negatif dan perilaku maladaptif. Ketika seseorang mengalami situasi yang menantang, mereka mungkin akan memiliki reaksi yang tidak rasional, seperti merasa sangat takut atau marah. Oleh karena itu, penting untuk memiliki strategi yang efektif untuk mengubah pola pikir negatif menjadi lebih positif dan realistis. Menurut Cormier dan Cormier (1985), cognitive restructuring pada awalnya diusulkan oleh Lazarus (1971), dan berakar pada ratonal emotive terapy (RET). Cognitive restructuring memusatkan perhatian pada upaya mengidentifikasi dan mengubah pikiran-pikiran atau pernyataan diri negatif dan keyakinan-keyakinan konseli yang tidak rasional Cognitive restructuring melibatkan penerapan prinsip-prinsip belajar pada pikiran.
  Teknik ini dirancang untuk membantu mencapai respons emosional yang lebih baik dengan mengubah kebiasaan penilaian habitual sedemikian rupa sehingga menjadi tidak terlalu terbias (Dombeck & Wells-Moran, 2014). Strategi cognitive restructuring didasarkan pada dua asumsi: (1) pikiran irasional dan kognisi defektif menghasilkan self-defeating behaviors (perilaku disengaja yang memiliki efek negatif pada diri sendiri-psychwiki.com), dan (2) pikiran dan pernyataan tentang diri sendiri dapat diubah melalui perubahan pandangan dan kognisi personal (James & Gilliland, 2003).
  Biasanya, konselor profesional menggunakan cognitive restructuring dengan klien yang membutuhkan bantuan untuk mengganti pikiran dan interpretasi negatif dengan pikiran dan tindakan yang lebih positif.Â
 Perilaku Kognitif (Cognitive Behavior) memusatkan perhatian pada kegiatan mengubah pola pikir destruktif dari pikiran dan perilaku. Beberapa jenis konseling kognitif) yang dikembangkan oleh Ellis (1975). Perilaku dikenal dengan strategi yang berbeda beda, ada yang menekan pada perilaku, namun ada yang secara murni bekerja pada aspek kognitif.
  Pendekatan konseling kognitif perilaku pada dasarnya meyakini bahwa pola pemikiran manusia terbentuk memalui proses rangkain stimulus - kognisi -- respons (SKR) yang saling berkaitan dan membentuk semacam jaringan SKR dalam otak manusia, dimana dalam proses kognitif akan menjadi faktor penentu dalam menjelaskan bagaimana manusia berfikir, merasa dan bertindak Purtantro,2016).Â
B. Tujuan Cognitive RestructuringÂ
  Tujuan dari teknik CR ini sendiri adalah untuk membantu klien dalam mengubah pola berpikir yang salah atau biasa disebut irasional dan menggantikannya dengan pemikiran yang lebih rasional, realistis, dan positif.
   Restrukturisasi kognitif dapat membantu mengatasi berbagai masalah, seperti: Gangguan stres pascatrauma (PTSD), Gangguan obsesif-kompulsif (OCD), Gangguan makan, Gangguan dismorfik tubuh (BDD), Gangguan kecemasan sosial.
C. Tahap Cognitive RestructuringÂ
  Menurut Saputra (2017) langkah-langkah penerapan dari teknik cognitive restructuring sebagai berikut:Â
1) Rasional perlakuan. Pada tahap ini konselor menjelaskan tujuan dan prosedur dalam melaksanakan konseling dengan teknik cognitive restructuring;Â
2) Identifikasi pikiran negatif pada situasi masalah. Pada tahap ini konselor melakukan suatu analisis terhadap pikiran-pikiran siswa dalam situasi yang mengandung tekanan dan situasi yang menimbulkan turunnya motivasi belajar;Â
3) Pengenalan serta perpindahan dari pikiran-pikiran negatif ke coping thought. Pada tahap ini konselor mengenalkan coping thought kepada siswa dan melatih untuk pindah dari pikiran-pikiran yang menyebabkan motivasi belajar menurun ke pikiran yang menanggulangi;Â
4) Pengenalan dan latihan penguatan diri. Pada tahap ini konselor mengajari siswa mengenai cara memberikan penguatan diri untuk setiap keberhasilan yang dicapainya;Â
5) Tugas rumah dan tindak lanjut. Pada tahap ini konselor memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktikkan penguasaan menggunakan coping thought dalam situasi yang sebenaranya.
A. Kajian Teori Kejenuhan BelajarÂ
  Kejenuhan belajar merupakan hal yang lazim dialami oleh siswa yang sedang dalam proses belajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kejenuhan adalah kejemuan atau kepadatan, Secara Harfiah, arti kejenuhan ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apapun, juga berarti jemu atau bosan (Syah, M., 2013 180) Menurut Hakim,T (2010:62) kejenuhan belajar adalah suatu kondisi mental seseorang saat mengalami rasa bosan dan lelah yang amat sangat sehingga mengakibatkan timbulnya rasa enggan, lesu, tidak bersemangat, atau tidak bergairah untuk melakukan aktfitas belajar.
 Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kejenuhan belajar merupakan suatu kondisi kelelahan yang dialami oleh seseorang bosan, tidak bersemangat dan merasa apa yang dilakukan tidak ada kemajuan.
B. Faktor- Faktor Penyebab Kejenuhan Kejenuhan belajarÂ
  Kejenuhan belajar dapat melanda siswa apabila ia telah kehilangan motivasi dan kehilangan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum siswa sampai pada tingkat keterampilan selanjutnya. Menurut Al-Qowiy.A (2004:79) penyebab yang menimbulkan kejenuhan belajar yakni a) Kesibukan monoton, b) Prestasi mandeg, c) Lemah minat, d) Penolakan hati nurani, e) Kegagalan beruntun, f) Penghargaan nihil, g) Ketegangan panjang, h) Perlakuan buruk. Kemudian Chaplin (Syah, M 2013:181)  kejenuhan dapat melanda siswa apabila ia telah kehilangan motivasi dan kehilangan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum siswa tertentu sampai pada tingkat keterampilan berikutnya.Â
  Berdasarkan pendapat diatas bahwa penyebab kejenuhan belajar disebabkan oleh dua faktor yakni faktor internal seperti (malas, kelelahan fisik, kurang semangat, kurang motivasi) dan faktor eksternal seperti cara belajar siswa belajar tidak bervariasi.
C. Aspek-Aspek Kejenuhan BelajarÂ
 Beberapa pendapat ahli tentang aspek kejenuhan belajar, Schaufeli & Enzmann, (Vitasari, 2016:16) meyatakan bahwa aspek-aspek kejenuhan belajar adalah :Â
a. Kelelahan emosi : Perasaan depresi, rasa sedih, kelelahan emosional, kemampuan mengendalikan emosi, ketakutan yang tidak berdasar, dan kecemasan.Â
b. Kelelahan fisik : gejala yang terjadi pada kelelahan fisik adalah seperti sakit kepala, mual, pusing, gelisah, otot-otot sakit, gangguan tidur, masalah seksual,Â
c. Kelelahan kognitif : Ketidakberdayaan, kehilangan harapan dan makna hidup, ketakutan dirinya menjadi "gila", perasaan tidak berdaya dan dirinya tidak mampu untuk melakukan sesuatu, perasaan gagal yang selalu menghantui,Â
d. Kehilangan motivasi : kehilangan semangat, kehilangan idealisme, kecewa, kebosanan dan demoralisasi, siswa biasanya tidak nyaman berada di dalam kelas maupun mengikuti aktivitas belajar
D. Dampak Kejenuhan BelajarÂ
   Kejenuhan belajar dapat menimbulkan dampak buruk pada kondisi psikologis individu dan pencapaian prestasinya. Menurut Ningsih F (2016:20) dampak yang ditimbulkan kejenuhan belajar akan menimbulkan berbagai efek negatif, seperti stress dan kehilangan semangat belajar. Kejenuhan belajar menjadikan siswa tidak bisa berdamai dengan masalahnya terutama pada proses belajar. Siswa akan menarik diri baik secara psikologis maupun kehadiran fisikny dilingkungan sosial sekolah, kehilangan waktu dan tenaga, serta belajar seperlunya.Â
  Menurut Al-Qawiy, A(2004 :39) dampak buruk kejenuhan belajar adalah a) sebagai penyakit, b) produktivitas menurun, c) rencana gagal, d) hasil tidak matang, e) orientasi berubah, f) muncul sikap usil, g) sikap antipasti, h) mencari pelarian, i) menyuburkan perilaku hipokrit, j) memicu kezhaliman dan k) menimbulkan frustasi.Â
Berdasarkan dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ketika jenuh melanda siapapun akan merasa tertekan, Jika semula siswa belajar penuh semangat dan tekun, namun ketika rasa kejenuhan itu datang, mendadak semangatnya melemah, tubuh terasa lunglai, hilang gairah dan keceriaan.Â
PROSEDUR PELAKSANAAN KONSELING COGNITIF RESTRUCTURINGÂ
PERTEMUAN KE-1
a. Tujuan : menciptakan hubungan baik dengan kelompok, tujuan dan tinjauan singkat prosedur, identifikasi pikiran siswa dalam situasi problem dan pengenalan latihan restructuring cognitive, dan tugas rumah.
b. Â Â Waktu : 45 menit
c. Â Â Langkah pelaksanaannya:
- Â Tahap Pembentukan (orientasi kelompok)Â
a. Konselor membuka dengan mengucapkan salam, serta menanyakan kabar siswa pada hari itu.
b. Konselor mengucapkan terimakasih kepada siswa atas berkenannya hadir dan mengikuti proses konseling kelompok.
c. Konselor menanyakan dan menjelaskan tentang seluk beluk konseling kelompok.
d. Sebelum ke tahap berikutnya konselor mengajak siswa ice breking dengan diberikan permainan "senam oye".Â
2. Â Tahap peralihan
a.Konselor menjelaskan peran pemimpin Dilanjutkan dengan proses perkenalan siswa secara bergantian kemudian konselor bertanya kepada siswa tentang kesiapan untuk mengikuti proses konseling kelompok ini.
b. Konselor membagikan lembar angket kejenuhan belajar untuk mengetahui tingkat kejenuhan setelah diberikan penerapan strategi restukturisasi kognitif serta membandingkan data sebelumnya (pre-test)Â
c. Â Konselor memantapkan asas konseling yaitu bahwa konselor berharap dalam konseling kelompok ini siswa bisa terbaka, karena dalam konseling kelompok berlaku asas-asas konseling yaitu asas keterbukaan.
d. Â Konselor mengucapkan janji konseling dan diikuti oleh siswaÂ
3. Tahap kegiatan (prosedur strategi restrukturisasi kognitif)Â
a. Konselor menjelaskan tujuan terapi dan gambaran singkat prosedur yang akan dilaksanakan.Â
b. Konselor membuat kesepakatan kontrak dengan siswa mengenal waktu dalam pelaksanaan restructuring cognitive melalui konseling kelompok.
c. Masing-masing siswa menyampaikan permasalahannya Siswa satu persatu mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya.Â
d. Konselor dan siswa menentukan satu permasalahan yang menurut mereka paling berat dan harus segera ditangani.Â
e. Setelah mengetahui permasalahan yang akan segera diselesaikan maka konselor memberi penjelasan kepada semua anggota konseling kelompok tentang teori dan cara yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Konselor memberi penjelasan tentang teori kognitif dan pemikiran negatif serta memberi contoh bentuk-bentuk pemikiran negatif.
f. Setelah siswa mengerti maka mereka membuat contoh pemikiran negatif.Â
g. Berikutnya adalah konselor memberi tugas rumah mengidentifikasi pemikiran negatif siswa dan akan dibahas pada pertemuan kedua.Â
4. Tahap pengakhiran
a. Konselor memberi pengarahan bahwa konseling segera berakhir.Â
b. Menyimpulkan hasil pengamatan saat proses konseling kelompokÂ
c. Konselor membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya.
d. Konselor menutup konseling kelompok dengan mengucap salam dan terimakasih.Â
Informend ConsentÂ
A. Pengantar
 Informed consent merupakan proses pemberian informasi yang valid dan akurat dari koselor kepada konseli, sehingga dapat membuat keputusan yang tepat tentang apa yang mereka inginkan mengenai bersedia mengikuri konseling atau tidak. Dengan tujuan untuk melindungi hak - hak konseli agar membuat keputusan dirinya sendiri, memastikan bahwa konseli memahami resiko serta manfaat konseling, membangun kepercayaan antara konseli dan konselor, dan mendokumentasi persetujuan konseli untuk mengikuti konseling.
B. Langkah - langkah dalam pelasanaan Informed consent dalam konseling
- Membangun hubungan dengan konseli.
- Menjelaskan tujuan konseling.
- Menjelaskan proses konseling.
- Meminta persetujuan konseli.
- Mendokumentasikan Informed consed.
C. Kerahasian
 Jika semua sudah terlaksanakan dan semua sudah dibahas oleh konselor makan dalam sesi konseling akan bersifat kerahasian, maka dari itu disebut kode etik kerahasian konseling. Dalam undang undang kerahasian konseling maka mencangkup identitas, tempat tinggal, dll. Jika ada satu ketika ada keadaan darurat maka konselor mempunyai hak untuk memberikan informasi yang telah diberikan konseli, untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan
D. Hak konseli
- Hak atas informasi
- Hak atas kerahasiaan
- Hak atas pilihan
- Hak atas rasa hormat
- Hak atas keamanan
  Jika konseli sudah mendapatkan hak hak konseli yang sudah mestinya didapat maka konseli dipersilahkan untuk mengisi identitas dan menandatangani surat pernyataan pada kolom yang tersedia di bawah ini. Pemberian merupakan tanda bahwa anda teah sepakat dengan segalah hal yang tertera dan tertulis diatas, Terima kasih atas kerjasamanya anda. Dengan ini saya menyatakan bahwa :Â
Nama :
No Hp :Â
Alamat :
 Dengan pernyataan ini saya (bersedia/tidak bersedia) mengikuti konseling individual. *mohon menyoretkan salah satu.
Mengetahui,
Konseli                       Konselor
(..........................................) Â Â Â Â Â Â Â Â Â (.........................................)
PERTEMUAN KE-2
a. Tujuan : Siswa mampu mengiidentifikasi pikirannya dalam situasi problem, pengenalan dan latihan merubah pikiran negatif ke pemikiran positif
b. Waktu : 45 menit
c. Langkah pelaksanaannya:
1. Tahap pembentukanÂ
a. Konselor membuka dengan mengucapkan salam serta menanyakan kabar siswa pada hari itu.Â
b. Konselor mengucapkan terimakasih kepada siswa atas berkenannya hadir dan mengikuti proses konseling.
2. Tahap peralihanÂ
a. Konselor membalas kembali kegiatan konseling kelompok pada pertemuan kemarin, membahas tugas rumah yang diberikan.
3. Tahap kegiatan (prosedur strategi restrukturisasi kognitif)Â
a. Â Konselor meminta siswa untuk mengungkapkan pemikiran negatifnya masing-masing.Â
b. Â Konselor menjelaskan langkah selanjutnya setelah siswa berhasil mengidentifikasi pemikiran negatif yaitu dengan cara berhenti berpikir negatif dan segera mengubah pemikiran negatif itu menjadi pikiran yang lebih positif.
c. Â Konselor memberi contoh pemikiran positif kepada siswa.Â
d. Konselor memberi tugas mengubah pemikiran negatif menjadi pemikiran yang positif untuk melatih agar siswa mampu terbiasa dalam berpikir positif.Â
4. Â Â Â Tahap pengakhiranÂ
a. Konselor menyimpulkan dari kegiatan hari ini dan menyepakati pertemuan yang akan datang.
b. Konselor menutup konseling kelompok dengan mengucap salam.
Pertemuan Ke-3Â
a. Tujuan : -
b. Waktu : 45 menit
c. Langkah Pelaksanaannya:
1. Tahap pembentukanÂ
a. Konselor membuka dengan mengucapkan salam sebelum kegiatan dimulai serta menanyakan kabar siswa pada hari itu.Â
b. Konselor mengucapkan terimakasih kepada siswa atas berkenannya hadir dan mengikuti proses konseling.
2. Tahap peralihan
a. Konselor membahas tentang perasaan hari ini dan perubahan pada diri siswa yaitu siswa merasa sudah ada perubahan sedikit, setelah siswa mencoba melakukan tugas-tugas dari konselor, siswa sedikit lega karena tahu bahwa pikiran negatif lah yang membuat siswa bermasalah seperti saat ini.Â
b. Konselor mengajak siswa kembali untuk melakukan perpindahan dari pikiran yang negatif ke pemikiran yang lebih positif.
c. Konselor memberikan contoh perpindahan dari pikiran yang negatif ke pemikiran yang positif.
d. Konselor meminta siswa untuk melakukan perpindahan pemikiran.Â
3. Tahap PengakhiranÂ
a. Konselor menyimpulkan dari kegiatan hari ini, siswa berhasil merubah pemikiran negatif menjadi pemikiran yang positif. Maka selanjutnya konselor memberi tugas lagi untuk mencatat peristiwa yang disebabkan oleh pemikiran negatif dan bagaimana siswa menyelesaikannya.Â
b. Konselor memberi kesepakatan untuk bertemu lagi. Konselor menutup konseling kelompok dengan mengucap salam dan terima kasih.
Pertemuan Ke-4
a. Tujuan : -
b. Waktu : 45 menit
c. Langkah pelaksanaannya:
1. Tahap pembentukanÂ
a. Konselor membuka dengan mengucapkan salam sebelum kegiatan dimulai serta menanyakan kabar siswa pada hari itu.Â
b. Konselor mengucapkan terimakasih kepada siswa atas berkenannya hadir dan mengikuti proses konseling.
2. Tahap peralihan
a. Konselor membahas tentang perasaan hari ini dan perubahan pada diri siswa yaitu siswa merasa lebih optimis dan siswa yakin kalau siswa adalah anak yang pintar dan sekarang saya juga lebih semangat lagi ketika belajar.Â
3. Tahap kegiatan (prosedur strategi restrukturisasi kognitif)
a. Konselor memberikan penguatan diri dan meyakinkan bahwa pemikiran-pemikiran negatif yang diyakini siswa adalah tidak benar. agar siswa mampu berpikir positif atas kejenuhan mereka. Penguatan bagi diri sendiri dapat berupa pernyataan-pernyataan diri yang positif.
b. Konselor memberikan contoh penguatan diri yaitu: pintar, ternyata aku bisa mengubah pemikiranku yang negatif ke pemikiran yang lebih positif.
c. Konselor memberi waktu siswa untuk membuat penguatan diri (self reinforcement), kemudian masing-masing siswa membuat contoh penguatan diri.
d. Konselor memberikan tugas lanjutan seperti tugas-tugas pada pertemuan sebelumnya yaitu apabila berhasil merubah pemikiran maka beri penguatan diri masing-masing.Â
4. Tahap pengakhiran
a. Konselor menyimpulkan dari kegiatan hari ini dan menyepakati pertemuan yang akan datang.
b. Konselor menutup konseling kelompok dengan mengucap salam
Pertemuan Ke-6
a. Tujuan : -
b. Waktu : 35 menit
c. langkah pelaksanaannya:
- Follow Up dan MonitoringÂ
a. Konselor membuka dengan mengucapkan salam serta menanyakan kabar siswa pada hari itu.Â
b. Konselor mengucapkan terimakasih kepada siswa atas berkenannya hadir dan mengikuti proses konseling.
c. Konselor mengawali pertemuan dengan pembicaraan netral dan mengingatkan kembali kegiatan pada pertemuan sebelum-sebelumnya.
d. Konselor membagikan lembar angket kejenuhan belajar untuk mengetahui tingkat kejenuhan setelah diberikan penerapan strategi restukturisasi kognitif serta membandingkan data sebelumnya (pre-test)Â
e. Proses konseling kelompok tesebut dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan. Proses konseling kelompok berjalan dengan lancar karena semua anggota kelompok berperan aktif dalam menyampaikan permasalahannya dan saran terhadap permasalahan yang telah disampaikan oleh masing-masing anggota kelompok.Â
f. Jika pada pertemuan pertama sudah didapatkan satu permasalahan siswa yang harus segera diselesaikan, Â Â Setelah mengetahui permasalahan yang akan segera diselesaikan maka konselor memberi penjelasan kepada semua anggota konseling kelompok tentang teori dan cara yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah tersebut.
Pertemuan Ke-5
a. Tujuan : -
b. Waktu : 45 menit
c. Langkah pelaksanaannya:
1. Tahap pembentukanÂ
a. Konselor membuka dengan mengucapkan salam sebelum kegiatan dimulai serta menanyakan kabar siswa pada hari itu.Â
b. Konselor mengucapkan terimakasih kepada siswa atas berkenannya hadir dan mengikuti proses konseling.
2. Tahap kegiatan (prosedur strategi restrukturisasi kognitif)Â
a. Menanyakan perubahan yang dirasakan pada diri siswa Siswa mengungkapkan hal yang dirasakannya sekarang ini. Siswa mengungkapkan perubahan pada dirinya dan berhasil mengatasi masalah kejenuhan belajarnya.
3. Tahap pengakhiranÂ
a. Siswa mengucapkan terima kasih kepada konselor yang telah memisantu mengatasi masalahnya.Â
b. Konselor juga berterima kasih kepada siswa atas kepercayaannya untuk membantu mengatasi permasalahannya.Â
c. Konselor menyimpulkan proses konseling dari awal hingga akhir.
d. Konselor kemudian undur diri dan menutup konseling kelompok dengan mengucap salam.
Daftar pustaka
Ellis, A., & Dryden, W. (1997). The Practice of Rational Emotive Behavior Therapy. New York: Springer Publishing Company. Buku ini memberikan panduan lengkap tentang REBT dan cara menerapkan teknik ini dalam terapi.
Beck, J. S. (2011). Cognitive Behavior Therapy: Basics and Beyond. New York: Guilford Press. Buku ini merupakan sumber utama untuk memahami dasar-dasar CBT dan aplikasinya dalam konseling.
Meichenbaum, D. (1993). Cognitive Behavior Modification: An Integrative Approach. New York: Plenum Press. Buku ini membahas integrasi antara berbagai teknik kognitif dan perilaku untuk membantu individu mengatasi berbagai masalah.
Burns, D. D. (1980). Feeling Good: The New Mood Therapy. New York: HarperCollins. Buku ini populer karena memberikan panduan praktis tentang bagaimana mengubah pola pikir negatif menjadi positif.
Hayes, S. C., & Smith, S. (2005). Get Out of Your Mind and Into Your Life: The New Acceptance and Commitment Therapy. New York: New Harbinger Publications. Buku ini membahas Acceptance and Commitment Therapy (ACT), yang juga menggunakan prinsip-prinsip kognitif untuk membantu individu mengatasi stres dan kecemasan.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H