Mohon tunggu...
Mohammad ridwan
Mohammad ridwan Mohon Tunggu... Buruh - Buruh

Happiness only real when shared

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kutegur Hujan

19 Oktober 2022   18:40 Diperbarui: 19 Oktober 2022   18:46 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langit memayung mendung kala senja mulai tebar pesona.

Butiran air berguguran menikam bumi, laksana tirai yang menutup cahaya mentari.

Semua manusia bermuka muram, maratapi harapan-harapan yang karam.

Genangan-genangan pun datang melintang memaksaku berkaca pada setiap lubang jalanan.

Keruh, lusuh paras ini, seakan menggambarkan isi hati.

Germuruh guntur bersautan menghanyutkanku dalam irama kebimbangan.

Aku terpinggir, tersudutkan oleh takdir,
Dengan tawa kau suguhi aku ribuan duka , kau lenyapkan kata bahagia.

Kini tirani bernyanyi pada setiap nadi,  dan ironi menari-nari mengelilingi dinding hati.

Hujan, tertaplah berjatuhan hingga malam menjelang.

Jika nanti cahaya harapan datang maka biaskanlah.

Berikan warna-wara itu untukku, agar aku bisa melepas belenggu takdirku.

Cibitung, jrkstMM2100, 16:20.rb191022, SomadRDWN

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun