Mohon tunggu...
Mohamad Ikhwanuddin
Mohamad Ikhwanuddin Mohon Tunggu... Administrasi - Anak Kolong

Menulislah, karena tulisanmu adalah karyamu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hujan Dengan Segala Cerita

5 Januari 2021   23:24 Diperbarui: 6 Januari 2021   08:23 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Mohamad Ikhwanuddin

Minggu awal tahun 2021 hujan turun dari siang belum berhenti sampai menjelang sore. Meskipun hujan tersebut tidak lebat dan berlangsung lama para orang tua khawatir takut terulang kembali banjir pada awal Januari tahun 2020. Hal tersebut berbanding kebalik dengan anak-anak. Hujan yang turun hari ini membuat anak-anak sudah tidak fokus lagi bermain dengan gadgetnya masing-masing. Ada anak yang sebentar-bentar keluar rumah hanya untuk sekedar melihat apakah ada yang sudah bermain air hujan, ada yang mengintip dari tirai jendela bahkan ada yang sengaja berteriak-teriak untuk memancing anak lainnya agar keluar rumah. Dan akhirnya...ada satu orang anak yang sudah bermain hujan-hujanan di luar rumah sambil berteriak dan berjoget. Tanpa dikomando anak-anak lainnya keluar dari rumah masing-masing. Jadi ramailah mereka bermain air hujan-hujanan di depan jalan gang padat penduduk. Mereka berlari, melompat, menari bahkan saling mencipratkan air. Ada yang sedang duduk bersila dengan menengadahkan wajahnya keatas dengan mulut terbuka agar air hujan masuk ke dalam mulutnya. Sebagian bermain bola diselingi dengan berguling-guling di tanah yang becek sedangkan yang lainnya saling menendang air hujan yang ada dikubangan di jalan. Tampak juga sepasang anak laki sedang berantem-beranteman dengan masing-masing mengeluarkan jurus andalannya. Sedangkan anak perempuan menari dan bersorak dengan sesekali saling mendorong. Disisi lain ada sebagian anak sedang mengumpulkan air hujan dalam wadah, setelah penuh disiramkan ke badan teman yang lain dan ada pula yang sedang bemain kapal-kapalan digenagan air. Wajah polos mereka memancarkan kegembiraan meskipun basah kuyup dan kedinginan.

Ditengah derasnya hujan, lelaki separuh baya dengan menggunakan jas hujan plastik tipis  menawarkan jas hujan kepada setiap pengendara motor di sekitar lampu lalu lintas. Saat lampu hijau pemuda tersebut berteduh di warung rokok pinggir jalan. Sedangkan saat lampu merah, pemuda terebut kembali ke tengah jalan untuk menawarkan jas hujan. Dengan suara berat dan menggigil menahan dinginnya air hujan..."jas hujan terusan tujuh ribu, jas hujan atasan dan bawahan sepuluh ribu, silahkan om, tente, kakak, adik, kalau mau beli".

Terlihat seorang nenek duduk di bawah payung besar tempatnya berjualan es buah. Hujan deras selama dua jam yang belum reda menyebabkan jalan cukup lenggang. Banyak pemotor  berteduh di warung rokok, emperan toko atau di bawah pohon pinggir jalan. Sambil menarik nafas dalam, sesekali nenek melirik empat buah aquarium es buah masih terisi penuh. Dalam hati nenek berdoa agar hujan segera berhenti dan cerah agar es buahnya laku ke jual.

Hujan deras yang turun di Jabotabek selama dua hari pada awal Januari 2020 menyebabkan sebagian tempat tinggal mereka  di daerahku mengalami banjir. Beberapa keluarga mengungsi ke sebuah masjid terdekat sebagai posko banjir. Terlihat wanita dan anak-anak sedang tertidur lelap karena kelelahan seharian mengambil barang yang masih sempat untuk diselamatkan. Meskipun lelah dan mengantuk namun sebagian lelaki tetap asik mengobrol di depan masjid. Sebagian mereka tidak menyangka akibat air hujan yang terus menerus membuat rumah mereka kebanjiran. 

Peristiwa diatas adalah sebagian kecil dari cerita tentang hujan. Air merupakan salah satu simbol kehidupan. Tanpa air, tidak akan ada kehidupan. Karena itu, hujan yang turun dari langit seyogianya disambut sebagi keberkahan.

Namun demikian sering kali manusia lupa tentang makna dari keberkahan. Istilah keberkahan itu sendiri memiliki kata dasar "berkah", yang dalam bahasa Arab al-barakah. Secara ilmu bahasa, al-barakah, berarti berkembang, bertambah dan kebahagiaan. Imam An-Nawawi rahimahullah berkata: "Asal makna keberkahan ialah kebaikan yang banyak dan abadi". Dengan demikian materi yang berkah adalah materi yang dapat mendatangkan banyak kebaikan dan kebahagiaan yang sifatnya tidak sementara.

Manusia tanpa sengaja selalu menyalahkan turunnya hujan. Hujan turun dianggapnya menghambat, mengganggu bahkan merugikan manusia. Seseorang yang terlambat masuk kerja karena jalanan macet akibat dari motor yang banyak berteduh di pinggir bahkan sampai ditengah jalan sehingga perjalanan tersendat. Kemacetan ini bukan karena akibat turun hujan, tapi pemotor yang memarkirkan kendarannya sembarangan.

Demikian juga halnya saat terjadi banjir yang terjadi di banyak daerah. Banjir tersebut bukan disebabkan karena hujan turun tapi karena kesalahan manusia dan infrastruktur yang belum memadai. Masyarakat membuang sampah sembarangan sehingga got penuh dengan sampah. Hal ini menyebabkan banjir karena aliran air tidak lancar saat musim penghujan. Infrastruktur yang belum memadai karena bendungan atau waduk sebagai tempat penampungan air disaat turun hujan saat ini dangkal dan lain sebagainya.

Dengan demikian dapat kita pahami bahwa hujan bukan penyebab dari segala bencana, tapi manusia belum memahami makna keberkahan. Yang pasti manusia belum bersahabat dengan hujan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun