***
Pak Broto mengumpulkan energi ingatannya untuk merangkai kisah awal mula pertemuannya dengan Nani (Istri Pak Broto) di Yogyakarta. Perkenalanku tidak sengaja dengan gadis itu yang akhirnya menjadikan dia sebagai jodohku saat ini. Pertemuan pertama yang singkat itu sangat membekas dihati dan terbawa perasaan yang tidak dapat digambarkan oleh apapun. Inikah yang dinamakan cinta pada pandangan pertama. Setelah pertemuanku dengan Nani beberapa kali, akhirnya ku beranikan diri untuk melamarnya kepada kedua orang tuanya. Setelah mendapatkan restu dari kedua orang tua dan izin dari kesatuanku akhirnya aku menikahinya dengan acara yang sederhana tapi penuh kebahagiaan.
Masa-masa suka dan duka kita lalui bersama. Baru satu minggu umur pernikahanku, kami harus berpisah karena penugasanku ke pulau Kalimantan selama tiga bulan. Demikian seterusnya, berganti pulau ke pulau, tahun ke tahun tidak akan berakhir sampai pensiun. Betapa pengorbanan istri dan anak-anakku yang tidak dapat dihargai dengan apapun selain kasih sayangku yang tulus kepada mereka. Setelah pensiun aku berjanji akan menemani mereka sampai sisa umurku.
Tak terasa air mata menetes di pipi pak Broto. Bu Broto yang mengetahui hal tersebut bergeser mendekat pak Broto.
"Wonten nopo pak", jawab bu Broto sampil memijat-mijat tangan dan bahu pak Broto dengan lembut.
"Mboten wonten nopo-nopo",
"Namung bapak dereng saget membahagiakan ibu dan anak-anak"
"Padahal pengorbanan Ibu dan anak-anak luar biasa", jawab pak Broto.
Kedua tangan bu Broto memegang pipi Pak Broto dan dihadapkan ke wajah Bu Broto
"Tansah wonten piker pak, Ibu dan anak-anak sampun bahagia selama ini"
"Alhamdulillah..., anak-anak sampun lulus kuliah semua, sampun nyambut damel dan emah-emah"