kau hina diriku (dosen non-PNS) kau sebut tentang harta (Gaji Pokok, Tunjangan, dan Sertifikasi Dosen)
kasihku sedar ku tiada berpunya (dosen non-PNS masih ada yang gaji pokok di bawah UMR, bahkan di bawah (mohon maaf) gaji OB di kampusnya, tidak memiliki tunjangan dan sertifikasi dosen)
jikalau kau memang tak lagi cinta (mengakui dosen non-PNS)
aku kan pergi walau terluka.. (pasrah menerima nasib dosen non-PNS)
Namun, pasrah kami bukan melemah semangat dan tidak bisa melakukan apapun. Pasrah kami tunjukkan dengan tetap mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat, serta menulis buku ajar atau buku teks dan karya ilmiah sebagai salah satu sumber belajar dan untuk pengembangan budaya akademik serta pembudayaan kegiatan baca tulis bagi Sivitas Akademika. Dari mana dananya, tentu saja kolektif gotong royong dalam pembiayaan, sehingga kami dosen non-PNS tetap meramaikan jagad kolaborasi penulisan buku, mengguncang SCOPUS, meramaikan SINTA, dan penelitian serta pengabdian kepada masyarakat dengan semangat gotong royong.
Menjadi Dosen, bagi kami (dosen non-PNS) adalah bukan suatu pekerjaan melainkan bentuk pengabdian kami kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta melalui transformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Kami bersyukur dengan apa yang kami dapat sampai hari ini, dan tidak menyurutkan satu langkahpun dalam menunaikan dan melaksanakan tugas utama dan kewajiban kami selaku dosen. Kami mensyukuri keberadaan kami sebagai dosen di pandang mulia dan di hargai oleh masyarakat lingkungan kami berada, dan mungkin juga ada sebagian masyarakat yang beranggapan bahwa dosen berpendapatan besar, kita Aamin kan saja.Â
kami senang dan bangga dapat menghantarkan dan melihat mahasiswa kami di wisuda, melihat mahasiswa kami menjadi pejabat, menjadi pengusaha/pebisnis, menjadi penulis dan peneliti, melihat mahasiswa kami menjadi pribadi-pribadi yang sukses. dan semoga dengan kesuksesannya tersebut ada yang mengingat kami, dengan tegasnya kami mendidik dan membimbing, atau mungkin mengingat kami dalam memberi nilai tugas, perilaku, UTS, dan UAS kurang memuaskan mereka, atau mungkin mengingat kami yang tertera tanda tangan pada tugas akhir mereka.
 Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H