Mohon tunggu...
Mohammad Sofyan
Mohammad Sofyan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Programer Penelitian Sosial Ekonomi

Programer Penelitian Sosial Ekonomi CV ODIS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Paingan dan Wagen: Suatu Fenomena Pasar Tumpah

15 Februari 2023   19:15 Diperbarui: 15 Februari 2023   19:17 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri: Pasar Tumpah Paingan Maospati Magetan

Pasar sebagai pusat perekonomian dan perdagangan lebih mentikiberatkan antara penjual dan pembeli yang berada di suatu tempat atau wilayah untuk memperoleh laba dengan melakukan transaksi jual beli. Dalam setiap daerah, terdapat pasar baik pasar tradisional maupun pasar modern. Berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1998 pasar di definisikan sebagai tempat bertemunya pihak penjual dan pembeli untuk melaksanakan transaksi di mana proses jual beli terbentuk. 

Pasar tumpah atau pasar kaget/dadakan merupakan pasar tradisional yang muncul secara tiba-tiba di tempat keramaian pada hari tertentu dan jam-jam tertentu bersifat sementara serta sebagai peluang usaha yang baik bagi pedagang untuk mencari keuntungan. Pasar tumpah/pasar dadakan seperti pahing dan wage menurut penanggalan jawa. Menurut Wikipedia, Paing atau Pahing adalah nama hari dalam sepasar atau juga disebut dengan nama pancawara, minggu yang terdiri dari lima hari dan dipakai dalam budaya Jawa dan Bali. Hari pasaran Paing berkaitan dengan warna merah dan letak posisi di Selatan. Wage adalah nama hari ke-3 dalam sepasar. Hari pasaran Wage berkaitan dengan warna hitam dan letak posisi di utara. Sedangkan Pancawara adalah nama dari sebuah pekan atau minggu yang terdiri dari 5 hari (paing, pon, wage, kliwon, dan legi), dalam budaya Jawa dan Bali. Pancawara juga disebut sebagai hari pasaran dalam bahasa Jawa karena beberapa pasar tradisional pada zaman dahulu hanya buka pada hari tertentu saja, seperti paingan (pasar yang ada/buka di hari paing/pahing) dan wagen (pasar yang ada/buka di hari wage).

Di Kabupaten Magetan, pasar wage atau Wagen salah satunya di gelar di sepanjang jalan Tebon Kecamatan Barat, sedangkan pasar paing atau Paingan di gelar di sepanjang jalan Mranggen Kecamatan Maospati. Dagangan yang di jual beraneka ragam, mulai dari: sayur-mayur, bumbu dapur, buah-buahan, bibit tanaman, sparepart sepeda motor, handphone bekas, peralatan pertanian, jajanan sampai dengan pasar hewan. Barang-barang yang dijual di Wagen dan Paingan memiliki keunggulan dari segi harga yang lebih murah dibandingkan harga di pasar modern maupun minimarket atau supermarket.

Selama pandemi Covid-19 yang melanda Dunia dan juga Indonesia, kegiatan pasar tumpah wagen dan paingan sempat terhenti karena adanya pemberlakuan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) diseluruh wilayah Indonesia. Setelah Presiden Joko Widodo secara resmi mencabut Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di seluruh wilayah Indonesia per tanggal 30 Desember 2022, menambah geliat dan semarak serta semangat para pelaku UMKM khususnya para pedagang pasar tumpah atau pasar dadakan baik pada Wagen maupun Paingan. Masyarakat sekitar Kecamatan Barat, Maospati, dan Karangrejo tumpah ruah memenuhi Wagen dan Paingan.

Fenomena Wagen dan Paingan yang merupakan wujud usaha informal dalam membentuk ruang informal dan sangat diminati hampir seluruh kalangan masyarakat, khususnya masyarakat sekitar Kecamatan Barat, Maospati, dan Karangrejo dengan pertimbangan faktor lokasi, aksesibilitas, mobolitas, dan konektivitas sehingga memenuhi aspek ekonomis. Berbagai manfaat yang dirasakan oleh masyarakat ekitar Kecamatan Barat, Maospati, dan Karangrejo menjadi salah satu faktor adanya pasar Wagen dan Paingan, karena dapat mempertahankan nilai-nilai tradisional dalam berbelanja yaitu transaksi langsung antara penjual dengan pembeli.

Tidak ada yang merasa terganggu maupun dirugikan dengan keberadaan Wagen dan Paingan, sebaliknya Wagen dan Paingan merupakan momen yang ditunggu warga untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari dan ada juga yang memanfaatkan momen tersebut untuk sekedar rekreasi melihat-lihat suasana keramaian Wagen dan Paingan. Apalagi, jika Wagen dan Paingan jatuh di hari sabtu/minggu atau libur sekolah, pasti bertambah ramai suasananya, dan pengendara yang melintasi area Wagen dan Paingan pun maklum dengan situasi tersebut, tidak ada suara klakson kendaraan ataupun kendaraan yang berusaha mendahului kendaraan lainnya, semuanya tertib melintasi tanpa emosi dan anarki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun