Layar Tancap
aaahhhhhhhhhh, siapa yang tidak tahu hiburan rakyat era tahun 90an, yaitu layar tancap. Layar tancap merupakan salah satu hiburan atau pertunjukan film di tempat terbuka dengan layar yang tiangnya ditancapkan di tanah.
Aku adalah salah satu anak-anak yang meramaikan Agustusan (istilah untuk memperingati Kemerdekaan RI) di tahun 90an, dengan banyak hiburan rakyat yang melegenda seperti: Panjat Pinang, Balap Karung, Gigit Koin, dll dan yang tak kalah penting dan super legenda adalah Layar Tancap dengan berbagai aktivitas kegiatan ekonomi di Layar Tancap.
Layar Tancap adalah hiburan yang selalu kami tunggu dan kami kejar dimanapun hiburan tersebut berada diseluruh antero Jakarta. di tahun 90an belum ada sms, WA, Telegram, dan medsos, namun dimanapun acara tersebut berada kami selalu tahu informasi tersebut, mulai dari lokasi, pemilik layar tancap, sampai film apa saja nanti yang akan di putar. Hebaaaatttt kan, anak-anak di masaku, hehehehe
Layar Tancap dengan filmnya yang melegenda seperti Jaka Sembung, Si Pitung, Si Jiih, Si Gobang, Mandala, Si Buta dari Gua Hantu, Rambo, commando, cobra dan tak ketinggalan Suzzana dengan film horornya serta legenda komedi Biang Kerok (Benyamin Suaeb) dan Warkop DKI, dan banyak lagi
Agustusan dan Layar Tancap
Agustusan dan layar tancap merupakan bagian tak terpisahkan, hampir seminggu full setiap malam pasti ada layar tancap, dan dipastikan aku dan teman-temanku tidak pernah tidur dirumah, hehehehe. Seminggu full kami tidur di bawah layar tancap beralaskan koran berkelambu bintang bintang.
Layar Tancap, selain sebagai hiburan rakyat, juga ada aktivitas ekonomi di acara tersebut, mulai dari berjualan koran bekas untuk alas duduk/tidur, kacang/jagung rebus, dan tidak ketinggalan, permainan Koprok yang penuh sensasi dan memacu adrenalin, hehehehe. Kami hanya sebatas penonton Koprok, karena memang tidak ada uang untuk ikut permaianan itu.
Jika ada Layar Tancap yang jauh lokasinya dan harus ditempuh dengan kendaraan, maka di siang hari sebelum menuju acara Layar Tancap. Kami berdiskusi mengatur strategi dan urunan ongkos dan menunjuk siapa yang berhadapan dengan kenek bus. karena kami tidak pernah membayar ongkos secara penuh, kami berangkat bergerombol, dipastikan yang membayar hanya 1/4 dari gerombolan kami, hehehehehe