Tanggal 3 Desember kemarin kita memperingati Hari Disabilitas Internasional tahun 2021. Disabilitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti "Keadaan (seperti sakit atau cedera) yang merusak atau membatasi kemampuan mental dan fisik seseorang; keadaan tidak mampu melakukan hal-hal dengan cara yang biasa".
Dikutip dari situs resmi Kementerian Kesehatan RI disebutkan bahwa penyandang disabilitas merupakan kelompok minoritas terbesar di dunia, dimana 80 persen dari jumlah penyandang disabilitas di dunia berada di kalangan negara-negara berkembang. Perlu diketahui juga, anak-anak mengambil porsi sepertiga dari total penyandang disabilitas dunia.
Sebagai sesama warga negara, para penyandang disabilitas hendaknya mendapat hak dan perlakukan yang sama seperti masyarakat pada umumnya. Namun kita sering mendengar berita mengenai perlakuan diskriminasi bagi penyandang disabilitas.
Banyak orang yang menganggap disabilitas tidak bisa bekerja dan beraktivitas dengan baik, padahal keterbatasan tersebut tidak serta merta menjadi penghalang. Tak pelak kita seringkali mendengar suara-suara miring yang terkesan merendahkan.
Kita tentu masih ingat pada tahun 2019 Â viral berita tentang drg Romi Syofpa Ismael yang hampir saja menjadi korban diskriminasi. Drg Romi yang mengikuti seleksi CPNS menduduki peringkat pertama di formasinya.Â
Tiba-tiba pemda setempat membatalkan kelulusannya karena mengetahui bahwa drg Romi merupakan penyandang disabilitas.
Pemerintah daerah dinilai telah salah tafsir saat menganggap drg Romi tidak lolos tes kesehatan jasmani dan rohani. Perjuangan panjang yang telah dilalui membuahkan hasil saat pemerintah pusat memutuskan untuk mengembalikan haknya sebagai CPNS dokter gigi.
Kejadian yang menimpa drg Romi hanyalah satu diantara sekian kasus diskriminasi terhadap mereka. Padahal tidak sedikit pula penyandang disabilitas Indonesia yang berprestasi di tengah segala keterbatasan.
Ada nama Dimas Prasetyo peraih tiga medali emas ajang Special Plympics World Summer Games 2015 di Los Angeles cabang bulu tangkis. Pada ajang yang sama tahun 2011, Stepanie Handojo meraih emas di cabang renang.
Anis Rahmatillah, siswi tunadaksa meriah gelar juara dalam Olimpiade Sains Nasional pelajaran IPA. Ada juga Muhammad Zulfikar Rakhmat yang punya gangguan motorik dan membuat tangannya selalu bergetar mampu meraih beasiswa S-1 di Qatar serta S-2 di Manchester University.