Kota Semarang mempunyai banyak kisah sejarah yang menarik untuk dikaji. Lawang Sewu dan Kota Lama menjadi tempat ikonik bagi perjalanan panjang Kota Lumpia. Ada cerita Tasripin Sang Tuan Tanah yang disebut-sebut orang Jawa paling kaya saat itu pada masanya.Â
Kita juga tidak boleh melupakan Oei Tiong Ham, konglongmerat Raja Gula Asia yang termasyhur dan punya banyak aset serta istana Balekambang yang luas di Semarang.
Salah satu cerita atau peristiwa yang mungkin paling dikenang warga Semarang adalah Pertempuran Lima Hari. Pada tanggal 15 Oktober 1945 terjadi pertempuran hebat antara pejuang Indonesia, tentara BKR dan para pemuda melawan tentara penjajah, Jepang. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan Pertempuran Lima Hari.
Pada waktu itu marupakan masa transisi atau perpindahan kekuasaan dari Jepang ke Belanda. Telah kita ketahui bersama bahwa saat Indonesia merdeka di bulan Agustus sebelumnya, Jepang telah menyatakan menyerah kepada sekutu tak lama setelah dua kota Hiroshima dan Nagasaki diluluhlantakkan dengan bom atom yang dahsyat.
Ada versi yang menyatakan peristiwa ini terjadi karena gagalnya penyerahan senjata dari tentara Jepang kepada para pejuang Indonesia di Semarang yang waktu itu banyak yang bergabung di Badan Keamanan Rakyat (BKR).Â
Setelah beberapa senjata sudah diserahkan, pimpinan BKR menghubungi pasukan elite Jepang Kido Butai pimpinan Jenderal Nakamura dan Mayor Kido di daerah Jatingaleh untuk menyerahkan senjatanya.Â
Akan tetapi hal ini tidak digubris karena pasukan ini terkenal dengan keberaniannya. Waktu itu jumlah pasukan Kido Butai berjumlah kurang lebih 2000 pasukan.
Hal ini diperparah dengan dengan adanya insiden perobekan bendera Merah Putih oleh tentara Jepang sehingga menyulut kemarahan rakyat dan tentara BKR. Sementara sumber lain mengatakan peristiwa ini bermula saat para pemuda akan memindahkan tawanan yaitu tentara Jepang dari Cepiring (Kendal) ke penjara Bulu (Semarang).
Penembakan Terhadap Seorang Dokter
Saat di tengah perjalanan mereka kabur dan bergabung dengan tentara Jepang lainnya. Para pemuda mencari dan berusaha menangkap untuk kemudian menjebloskan ke penjara Bulu.Â
Pada sore hari tiba-tiba pasukan Jepang telah melancarkan serangan kepada beberapa anggota kepolisian yang saat itu sedang menjaga sebuah sumber air minum di daerah Candi. Setelah itu muncul desas desus jika sumber air tersebut diracuni pasukan Jepang.