Sosial eksperimen adalah langkah yang bisa kita ambil untuk mencari data terkait permasalahan sosial, yang dapat membantu kita untuk mencari solusi sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan. Peran yang dipilih adalah pemulung. Kenapa kami memilih pemulung? karena banyak orang beranggapan bahwa pemulung itu tidak penting, dan bahkan ada beberapa orang yang merendahkan pemulung. Padahal tidak hanya mengambil sampah, pemulung juga berperan dalam membersihkan lingkungan sekitar serta membantu proses daur ulang. Oleh karena itu immawati bernama Salva Kharisma Romadhoni, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya pada Senin, 15 Mei 2023 di kota Lamongan tepatnya di desa Kesambi kecamatan Pucuk melakukan eksperimen sosial dengan menjadi pemulung. Eksperimen ini dilakukan dalam rangka untuk mengetahui respon masyarakat terkait lingkungan di desa Kesambi khususnya masalah social yaitu adanya seorang pemulung serta mengoptimalkan proses daur ulang dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar.Â
Perjalanan eksperimen ini dimulai dengan dilakukannya perubahan keseluruhan terhadap penampilan immawati Salva, mulai dari pakaian yang akan digunakan hingga peralatan yang dibutuhkan yaitu karung. Ketika waktu sudah menunjukkan pukul 09.30, immawati Salva diantarkan oleh panitia kegiatan yaitu immawan Daffa menuju lokasi, selama perjalanan immawati Salva dan Immawan Daffa berdiskusi mengenai rancangan sosial eksperimen yang akan diimplementasikan secara langsung di lingkungan masyarakat. Ketika dirasa sudah jauh dari titik awal, immawati Salva diturunkan di perempatan jalan, kemudian Immawati Salva mulai berjalan dengan membawa peralatan yang sudah dipersiapkan.
Reaksi pertama yang didapatkan saat itu Ketika immawati Salva bertemu dengan beberapa orang yang sedang berada di warung. Pada warung tersebut terlihat dua orang perempuan dan satu laki-laki yang sedang berbincang. Orang-orang yang ada di warung terlihat penasaran saat melihat immawan Salva berjalan dengan pakaian lusuh dengan membawa karung. Salah satu ibu yang berada di warung tersebut kemudian bertanya, "dari mana mbak?". Immawati Salva pun menjawab "orang Nganjuk bu". Setelahnya orang-orang yang ada di warung kembali menanyakan beberapa pertanyaan seperti "kok bisa nyampek sini mbak?". Immawati Salva pun menjawab pertanyaan tersebut yang tentunya ditambahkan bumbu-bumbu kebohongan agar sosial eksperimennya terlihat lebih natural. Immawati Salva menjelaskan bahwa dirinya dihipnotis oleh seseorang saat berada di stasiun yang mengakibatkan barang-barangnya hilang dibawa kabur. Immawati Salva juga menjelaskan bahwa dirinya telah mencari pekerjaan namun belum menemukan, sehingga memutuskan untuk mencari sampah agar bisa dijual kepada tukang rongsokan. Cerita yang disampaikan oleh immawati Salva menarik perhatian ibu tersebut, namun tidak ada tanda-tanda bahwa ibu tersebut akan memberi bantuan.
Reaksi kedua yang didapatkan ketika immawati Salva telah berjalan selama 10 menit dan bertemu dengan seorang ibu yang sedang berbicara dengan tetangganya. Ibu-ibu tersebut melakukan hal yang sama dengan pihak pertama, yaitu menanyakan asal usul hingga alas an immawati Salva harus menjadi pemulung. Namun, yang membedakan reaksi kali ini, sang ibu malah terlihat membicarakan immawati Salva dari belakang tanpa ada rencana untuk memberikan rasa empatik.
Reaksi ketiga yang telah didapatkan oleh immawati Salva yang saat itu bertemu dengan seorang anak kecil, kemudian seorang ibu menghampiri immawati Salva dan menarik anaknya, karena tidak ingin anaknya berinteraksi dengan orang asing apalagi seorang pemulung. Namun tidak hanya sampai itu saja, sang ibu malah memberikan tugas kepada immawati Salva untuk membersihkan sampah-sampah yang berserakan di belakang rumahnya tanpa menunjukkan sedikit rasa empati.
Reaksi keempat yang didapati oleh immawati Salva saat itu Ketika bertemu dengan seorang bapak-bapak yang sedang duduk di teras. Saat itu sang bapak mengajak immawati Salva untuk berbicara kemudian menawarkan sedikit bantuan yaitu dengan memberikan immawati Salva tempat beristirahat untuk sementara.Â
Berdasarkan reaksi yang diperlihatkan oleh masyarakat sekitar dapat kita ambil pelajaran mengenai masalah sosial di masyarakat, dimana kita sebagai manusia harus selalu bersyukur atas nikmat yang telah kita dapatkan dan kita sebagai manusia harus memiliki jiwa sosial. Hal ini penting karena kita sebagai manusia tidak bisa hidup sendiri. Dengan menumbuhkan jiwa sosial kita dapat menjadi lebih peka dengan keadaan suatu masyarakat dan menggugah seseorang untuk berempati dengan cara terlibat dalam pemberdayaan komunitas. Sesuai dengan salah satu poin dalam tri kompetensi dasar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yaitu Humanitas, Poin ini menjelaskan bahwa seorang manusia harus bisa memanusiakan manusia, bermanfaat bagi manusia lain dan lingkungan sekitar serta menumbuhkan jiwa empati.
 Tidak hanya itu, saat ini Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah komisariat Blue Savant mengangkat tagline "Kader Organik" , diambil dari teori intelektual organik yang ditemukan oleh Antonio Grahamsci. berarti seorang kader harus bisa menumbuhkan jiwa empati dalam diri serta dapat memotorik gerakan untuk mengatasi masalah sosial yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H