Mohon tunggu...
Mohammad Asyari
Mohammad Asyari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

pecandu kebaikan orang lain, karena hidup untuk berbagi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Si Jengki Dengan Segala Keajaibannya

18 September 2013   20:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:42 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

jengkol, mungkin sedikit mengernyitkan dahi yah ketika mendengar kata ini, termasuk dalam kategori buah-buahan yang namanya sempat meroket, menjadi primadona ketika harganya selangit. Dan kalau saya ibaratkan dalam perlombaan atau sebuah pertandingan jengkol ibarat kuda hitam yang kehadirannya tidak banyak menarik perhatian tapi cukup tangguh ketika dilapangan, sudah bukan rahasia lagi bahwa buah yang satu ini adalah sumber Protein, bahkan kadar proteinnya 23,3 gram/100 gram lebih tinggi daripada saingannya yaitu tempe yang hanya sampai 18,3 gram/100 gram (sumber,artikel manfaat jengkol) buah yang dikatakan baik untuk penderita  penyakit diabetes dan jantung ini ahir-ahir ini kembali tenggelam oleh issu kedelai yang juga sama-sama naik (kedelai, tempe, jengkol itu sedang ikut lomba panjat pinang kali yee, sama-sama naik)

dan kesempatan kali ini saya ingin sedikit berbagi peristiwa sore hari tadi dengan si jengki (sapaan akrab jengkol), bahwa sejak saya kecil saya tidak pernah menyicipi seperti apa rasanya jengki ini, setiap kali saya kepincut dengan aroma rendang jengkol dan ingin menyicipi, setiap itu juga ibu langusng membentak dengan suara (hussh) saya tidak tahu secara pasti sebab ibu sangat menghindari jengkol apakah pernah punya pengalaman buruk dengan si jengkol ataukah memang jengkol yang terkenal dengan bau nya yang tidak sedap menjadi momok bagi mamah untuk mendekatinya?? yang jelas saya tidak pernah menanyakan hal ini pada Ibu.

sudah barang tentu ketika seorang Ibu tidak suka dengan salah satu jenis makanan, pasti makanan itu tidak akan pernah tersaji kecuali memang ada permintaan dan itu pun belum tentu terkabul untuk masuk dalam dapur masak, ya begitulah salah satu teritorial kekuasaan ibu adalah di dapur. Dan alhasil kami sebagai anak-anaknya tidak pernah merasakan rasa jengkol yang sesungguhnya itu seperti apa, saya sendiri hanya bisa melihat dengan menelan ludah ketika melihat salah seorang teman memakan jengkol dihadapa saya, itu dulu ketika saya masih kecil sampai SMA

dan suatu ketika ketika saya masih di pesantren ada salah seorang teman dari sunda, dia membawa bekal jengkol untuk dinikmati teman-teman satu kamar atau buah tangan dari kampung, yah itu adatnya di tempat kami waktu itu, setiap kali ada yang pulang ke rumah maka kalau kembali ke pesantren harus bawa makanan untuk dinikmati bersama-sama. saya lanjutkan, ketika ada salah seorang teman membawa bekal jengkol dari rumahnya lengkap dengan sambal yang maknyus punya, jujur keimanan saya roboh waktu itu, saya khilaf dan tanpa fikir panjang saya ikut gabung menikmati jengkol mentah dengan cocolan sambal yang maknyus itu. itu adalah kali pertama saya memasukan jengkol kedalam mulut saya, dan rasanya nikmat sekali, ternyata jengkol mentah saja masuk dalam perut apalagi jengkol yang sudah dipoles dengan racikan bumbu

dan tereetttt.. sore tadi saya berhasil memasukan jengkol ke dalam rumah, setelah saya pamit sama ibu mau membeli jengkol dan seperti biasa ibu membegis (hussh) saya tidak ambil pusaing, karena sudah lama saya mengincar rendang jengkol buatan ibu-ibu yang setiap sore lewat depan rumah dengan jualan yang komplit selain ada rendang juga ada krupuk bodin, bubur aci dan urab.

yeaahh dan saya berhasil memberi 3 rendang jengkol dengan harga 1000 serta krupuk bodin untuk melengkapi kelezatannya, dan itu adalah khilaf yang melezatkan

salam jengkol mania

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun