Mohon tunggu...
Mohammad Asyari
Mohammad Asyari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

pecandu kebaikan orang lain, karena hidup untuk berbagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lomba Panjat Pinang Kemerdekaan

23 Agustus 2013   23:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:54 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selalu ada keragu-raguanku kalau diajak mengikuti lomba panjat pinang waktu itu,aku yang masih duduk di Sekolah Dasar dengan perawakan yang bisa dikatakan kecil (standarlah ukuran anak kecil untuk seusiaku) ketika itu banyak sekali pertimbangan yang melintas ketika aku dihadapkan untuk mendaftar menjadi peserta lomba ini kalau mau ikut selalu mempertimbangkan "kuat ga yah kalau saya berada paling bawah dan dinaiki 3 atau 4 orang" maklumlah jenis perlombaan ini selalu menjadi primadona dibandingkan dengan jenis lomba-lomba perayaan kemrdekaan yang lain, sudah barang tentu sangat menyedot perhatian masyarakat dan sering dijadikan puncak acara perayaan lomba kemerdekaan saat itu, dan itu salah satu juga yang membuat aku tertarik untuk mengikutinya tapi aku yang selalu berada di garis keraguan rasanya sulit untuk melangkah kedepan dan selalu saja pertimbangan itu menjegal langkahku untuk terus maju untuk memberanikan diri mendaftar pada panitia lomba panjat pinang ini, ketakutan kalau tubuh ini tidak kuat menopang beberapa anak seusiaku menjadi momok yang dapat membuat langkahku terhenti dan sampai sekarang saya tidak pernah mengikuti jenis perlombaan semacam ini masih dengan ketakutan yang sama dan dengan dalih "tau diri" lah ya,

waktu demi waktu berganti. aku kecil menjadi aku remaja yang tanpa aku sadari
aku sudah terdaftar dan masuk dalam perlombaan jenis ini, hanya saja tidak ada bambu untuk pegangan, tidak ada "hadiah" yang nyata yang tergantung diatas untuk memompa semangat, dan yang dahulu menjadi alasan ketakutan ketika harus rela dinaiki 3 sampai 4 orang, pada ahirnya aku harus merasakan bagaimana rasanya dinaiki puluhan bahkan ratusan orang, ini adalah cobaan yang begitu berat,mau tidak mau aku harus menikmati dan menyelesaikan impian yang tertunda untuk mengikuti perombaan jenis ini, dan ketakutan yang dahulu mnejadi musuh besarku kini dia akrab duduk disampingku.

seklumit mengingat masa silam, masa dimana ketakutan menjadi pencekal langkahku

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun