Desa kajen adalah desa yang kecil yang terlentak pada pati utara kecamatan margoyoso 10 KM dari arah tayu, pada dasarnya mayoritas perekonomian di desa kajen adalah pedagang dan di desa kajen terkenal kota santri.
Kajen, 2 November 2014 - Sebagai hari khol syeh mbah Mutamakin, sebagai khol Kajen 2014 masih menyiapkan program acara yang seru dan menarik. Dan beberapa kali di gelar di desa Kajen, seperti halnya adu dram band yang sangat seru dengan konsep menjawab tantangan.
"Khol syeh mbah muutamakin udah beberapa kali di adakan keramaian setiap tanggal 10 suro. Sebagai program acara , acara ini cukup dinanti. Tidak hanya sekadar adu dram band namun juga tiap penonton juga diberi waktu untuk berfoto bersama pemain dram band,".
Pada khol syeh mbah mutamakin 2014 ini, acara pada tanggal 10 suro acarnya terbagi menjadi dua kategori berdasarkan dran band dari seluruh sekolahan margoyoso dan ada juga alat musik tradisional. Acara ini dihelat mulai pukul 01.00 hingga 17.00.
Khol kajen sendiri disebut sebagai salah satu acara yang menggabungkan alat tradisional dan alat modern dalam melintasi jalan kajen. Dengan adanya teknik tradisional dan modern yang dikombinasikan acara ini menjadi lebih seru, atraktif sekaligus menantang bagi pemainnya. Dari sisi regulasi, acara ini juga menggabungkan dua unsur teknik tersebut. Selain skill
mayored yang memutarkan tongkat begitu cepat dan tantangan lainnya juga haru dilewati benar dan tepat.
Di desa kajen, syeh mbah mutamakin sudah sangat terkenal dan sering diadakan acara tanggal 10 suro. Acara ini menjadi sangat terkenal sejakdahulu, seorang wali allah yang meninggal di desa kajen. Kata orang kajen sendiri berasal dari istilah untuk memeringati wafatnya syeh mbah mutamakin. "Dari awal mula sendiri pada tanggal 10 suro di desa kajen banyak keramaian. Tidak hanya para pedagang yg menjual berbagai ragam namun juga digelarnya khataman. Acara ini sudah terkenal di kalangan margoyoso.
Keseruan lainnya juga masih berlangsung di beberapa jalan raya kajen. Salah satunya di lapangan depan arta huda. Pengunjung akan dihibur dengan penampilan permainan dari kalangan anak-anak sampai kalangan orang dewasa. Dalam acara ini menjadi pamungkas penonton, sebelumnya di lapangan yasin pengunjung dihibur.
Pada acara ini kondisi Lalu Lintas jalan raya kajen hingga macet total Kemarin , Dan para polisi dan banser juga menggelar pengamanan jalan waktu acara di mulai. Melalui program pengamanan jalan ini dari pihak kepolisian penyelenggara ingin supaya jalan raya kajen tetap aman tidak ada kecelakaan dan menjaga dram band agar lebih nyaman untukberjalan saat waktu acara di mulai.Dan diharapkan anak- anak yang menonton dram band ini dapat mengingatka ke pada teman-temannya untuk menaati peraturan yang di adakan keamanaan waktu acara di laksanakan. Tak sedikit sering ditemukan anak-anak yang pada hilang waktu acara dram band.
Dalam acara ini kecelakaan lalu lintas bisa terjadi kapan pun. Ditambah lagi ada montor-montor yang di tegah jalan waktu mengamankan jalan, mulai awal November hinga akhirnoverber 2014 tercatat kemacetan di jalan raya kejen waktu sore hari. acara ini pun diharapkan dapat menambah kesadaran lebih dini mengenai kampanye aman saat berkendara.
Dan dalam sejarahnya Santri Kajen tentulah tahu siapa itu Syekh Ahmad Mutamakkin atau yang lebih dikenal dengan nama Mbah Mutamakkin itu. Beliau hidup di masa pemerintahan Amangkurat IV sampai dengan Paku Buwono II sekitar abad XVIII. Beliau menyebarkan agama Islam di desa Kajen, Margoyoso, Pati Jawa Tengah, terletak 18 km utara kota Pati. Banyak versi mengenai asal-usul beliau. Pertama, beliau berasal dari desa Cebolek daerah Tuban Jawa Timur. Kedua, berasal dari desa Cebolek juga, tetapi Cebolek yang berada di timur desa Kajen di Pati, Jawa Tengah. Ketiga, beliau dari Persia (Zabul), Propinsi Kasan, Iran selatan, seperti yang pernah diungkapkan Gus Dur pada Munas RMI IV. Dan pendapat yang valid sementara ini, beliau berasal dari Cebolek Tuban, Jawa Timur, seperti yang tertulis di Serat Cebolek. Bagaimana Mbah Mutamakkin bisa sampai ke Kajen? Beliau mengawali misi dakwah Islamnya melalui perjalanan dari Kalipang, sebuah daerah di Sarang, Rembang. Lalu pergi ke desa Cebolek, Pati untuk menetap beberapa lama.