Setelah mencatat beberapa poin evaluasi dan solusinya, saya memutuskan melanjutkan perjalanan lagi. Entah karena efek perasaan yang kurang nyaman atau ada alasan lain saya lupa, saya meinggalkan masjid kira-kira 30 menit sebelum masuk waktu sholat dhuhur.
Normalnya, saya akan menunggu waktu sholat dhuhur tiba untuk sholat berjemaah, kemudian baru meninggalkan masjid menuju ke 'kantor.' Dalam keadaan perasaan kurang nyaman saya teruskan perjalanan dengan sepeda motor siang itu ke arah timur, pasar Blega.
Beberapa saat kemudian, adzan dhuhur berkumandang. Saya lihat di depan ada panitia amal-amal untuk pembangunan masjid yang belum selesai. Saya memutuskan sholat dhuhur di masjid yang belum selesai itu saja, karena ada suara adzan yang terdengar dari masjid itu.
Tanpa pikir panjang, saya masukkan motor ke halaman masjid. Awalnya saya bingung akan parkir di sebelah mana, karena lingkungan masjid masih tak karuan dengan material bangunan di sana-sini. Saya parkir saja sepeda motor di samping masjid.
Saya lihat, ternyata masjid ini ada di lingkungan sekolah MTS (Madrasah Tsanawiyah) dan MA (Madrasah Aliyah). Banyak siswa-siswi berkeliaran hendak melaksanan sholat. Entah hanya perasaan saya atau memang benar, saya merasa para siswa itu memperhatikan saya. Mungkin karena saya orang luar yang menumpang sholat di lingkungan masjid itu.
Saya cuek saja. Dalam hati saya hanya ingin menumpang sholat dhuhur berjemaah di masjid itu apakah salah?
***
Dua cerita di atas menggambarkan diri saya yang sesungguhnya tak mengerti adab dan sopan santun ala orang Madura. Saya asal saja memasukkan motor ke lingkungan masjid dan pondok pesantren saat berjalan-jalan dengan kawan di cerita yang pertama. Cerita yang kedua pun demikian, asal saja parkir sepeda motor di lingkungan masjid yang berada di tengah-tengah lembaga pendidikan keislaman.
Cerita pertama saya memasukkan sepeda motor ke lingkungan masjid dalam keadaan mesin hidup dan saya tumpangi. Sedangkan kawan saya sudah turun dari boncengan sebelum saya memarkir motor di dalam lingkungan masjid dan pondok pesantren.
Secara adab dan sopan santun orang Madura seharusnya saya turun dari sepeda motor dan mematikan mesinnya. Parkirnya pun bukan di dalam lingkungan masjid dan pondok pesantren, tetapi di luar pagar masjid. Saat masuk ke lingkungan masjid pun, sandal harus dilepas di luar pagar masjid, dan masuk ke lingkungan pondok pesantren dengan telanjang kaki serta sedikit membungkuk untuk menghormati Sang Kyai.
Cerita kedua pun demikian. Dalam lingkungan masjid di tengah-tengah lembaga pendidikan keagamaan itu, pasti ada satu tokoh yang dituakan dan dihormati. Seharusnya saya tidak langsung masuk dan parkir motor di halaman samping masjid. Turun dan mastikan mesin motor, kemudian parkir motor agak jauh dari masjid supaya tidak menjadi pusat perhatian para siswa yang akan melaksanakan sholat dhuhur.