Memasuki abad ke 21, nasionalisme bukan lagi sebuah barang baru. Kini telah menjadi idelogi resmi di sebagian besar negara dunia termasuk Indonesia.Â
Pemimpin besar kita Bung Karno sengaja memilih ajaran nasionalisme sebagai landasan berpancasila setiap warga negara Indonesia. Dengan nasionalisme, kita dapat lebih mencintai dan berbangga atas tanah air kita sendiri.Â
Simpelnya, Presiden Soekarno melancarkan aksinya menyebarkan ideologi pancasila dengan dibantu nasionalisme agar bisa menyebar kepada seluruh rakyat Indonesia. Tapi apa sebenarnya dan darimana asalnya nasionalisme yang sekarang kita kenal?
Nasionalisme dimulai sekitar abad ke 18, dimana saat itu kerajaan adalah sistem pemerintahan yang paling banyak digunakan negara dunia. Sejatinya konsep satu identitas telah ada sejak masa Yunani kuno yang menjadi cikal bakal nasionalisme.Â
Nasionalisme sendiri adalah sikap yang dimiliki oleh anggota suatu bangsa ketika merasa peduli tentang identitas mereka selaku anggota bangsa itu dan tindakan yang dilakukan oleh anggota suatu negara dalam upaya mencapai suatu kedaulatan politik. Â Â
Nasionalisme pun adalah buntut dari perjanjian Westfalen di tahun 1648 yang menginginkan adanya negara berdaulat yang menyesuaikan keinginan rakyat.Â
Dilanjutkan dengan revolusi Perancis di tahun 1789-1799 yang menginginkan kebebasan dari monarki absolut dan atas penguasaan siapapun yang kemudian melahirkan demokrasi modern.Â
Di tahun-tahun ini pula banyak negara yang melakukan revolusi meninggalkan sistem kerajaan yang cenderung feodalis dan memihak menuju negara republik yang lebih demokratis.Â
Dengan asas nasionalisme mereka memberontak pada kerajaan dan membentuk suatu pemerintahan sendiri seperti yang terjadi pada kekaisaran Tsar Rusia, Wilhem Jerman, Turki Utsmani dan lainnya.Â
Dan sebagian kecil nasionalisme berubah menjadi fasisme. Sebuah ideologi yang terlalu fanatik dengan bangsanya sendiri sehingga merendahkan bahkan memerangi bangsa yang tak sama dengannya seperti yang terjadi di Jerman. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Dibalik semua revolusi itu, bukanlah murni keinginan rakyat sendiri melainkan sebuah adu domba. Hal ini dibuktikan dengan tentramnya rakyat dibawah naungan kerajaan selama berabad-abad dan baru menginginkan revolusi di abad 18-20.Â